Terpilih Lanjutkan Presidensi G20 Tahun 2022, Apa Target Indonesia?

G20 Illustration Web Bisnis Muda - Image: Flickr

G20 Illustration Web Bisnis Muda - Image: Flickr

Like

Penyelenggaran Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 telah terlaksana pada 30-31 Oktober 2021 kemarin di Roma, Italia.

Seperti diketahui, G20 (Group of Twenty) adalah sebuah forum kelompok kerja sama dalam bidang ekonomi internasional yang beranggotakan 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa sebagaimana dikutip dari situs web G20.

Bahasan dari forum G20 selalu berisikan tentang finance track dan sherpa trackFinance track meliputi ekonomi keuangan mulai dari kebijakan fiskal, regulasi keuangan, hingga perpajakan. Sedangkan sherpa track meliputi geopolitik, pembangunan, energi, hingga kesetaraan gender.

G20 pertama kali terselenggara pada tahun 1999 dan tidak memiliki sekretariat permanen. Oleh karena itu, G20 menerapkan sistem tuan rumah atau yang juga dikenal dengan istilah presidensi.
 

Indonesia Terpilih menjadi Presidensi G20 Tahun 2022

Indonesia terpilih menjadi Presidensi G20 Tahun 2022 yang akan mulai dilaksanakan terhitung satu tahun kedepan dari 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022.

Agenda G20 memiliki benang merah seputar urgensi dalam pemulihan pasca pandemi COVID-19 dengan tetap menyesuaikan dengan finance track dan sherpa track.


Melansir dari Bisnis, pada pertemuan KTT G20 kemarin, Presiden RI Joko Widodo menyampaikan topik yang merujuk pada “Ekonomi dan Kesehatan Global” yang mana topik tersebut juga berbanding lurus dalam upaya memaksimalkan pemulihan ekonomi agar terwujudnya Sustainable Development Goals (SDG’s).

Lebih lanjut lagi, lewat SDG’s ini diharapkan dapat mengurai terganggunya supply chain global mulai dari ketidakstabilan kebutuhan industri, stabilitas kebutuhan dasar, dan juga pangan yang merupakan dampak dari pandemi COVID-19.
 

Target Indonesia dalam G20 Tahun 2022

 

Memfokuskan dalam Langkah Penanganan Exit Policy

Langkah awal dalam penanganan exit policy ini rencananya akan dimulai dari diskusi seputar peningkatan pengawasan serta memperhatikan risiko global.

Langkah selanjutnya akan meliputi seputar exit strategy guna menarik kembali stimulus fiskal dan moneter serta pengembangan dalam memperbaiki masalah neraca sektor publik dan swasta.


Mengatasi Scarring Effect

Dalam rangka mengatasi scarring effect yang mana seringkali menghambat potensi pertumbuhan pada jangka panjang-menengah ini, pemerintah akan melakukan realokasi tenaga kerja dan realokasi modal.
 

Meningkatkan Inklusi Digital

Pentingnya inklusi digital diharap dapat mengurangi intensitas dari kesenjangan digital yang memiliki irisan seputar isu struktural dan isu ketenagakerjaan kepada negara-negara anggota G20.


Membangun Solidaritas dalam Sinergi dan Memberi Dukungan kepada Negara yang Rentan

Dalam rangka menggalang solidaritas kepada negara dan masyarakat yang rentan serta paling terdampak pandemi COVID-19 ini, akan dilakukan cara Special Drawing Rights (SDR) Allocation, pembiayaan Multilateral Development Banks (MDBs), hingga melakukan restrukturisasi utang serta dukungan lainnya.

Akankah keberlanjutan dari G20 tahun 2022 ini bisa kembali memulihkan keadaan ekonomi internasional pasca COVID-19 secara efektif ya, Be-emers?