Bangkitnya Industri "Beer" Lokal

Coffee Beer Illustration - Canva

Like

Indonesia terkenal sebagai negara dengan masyarakat muslim terbesar di dunia. Hal ini membuat beberapa peraturan di Indonesia didominasi oleh peraturan yang bersifat islami. Seperti dilarangnya alkohol, judi, dan prostitusi bebas.

Memang, Indonesia bukan hanya soal agama, tetapi adat dan budaya yang telah lahir sebelum agama datang. Minuman dan makanan yang terkadang mengandung hal yang memabukkan serta dianggap haram, juga sudah terlanjur menjadi budaya turun temurun -walau sekarang mulai dikurangi.

Selain makanan, Indonesia tidak kalah kreatif untuk urusan minuman, banyak varian kreatifitas asli lokal dalam pembuatan minuman tidak kalah dari produk luar, contohnya limun (minuman soda berbagai rasa).

Sejarahnya, limun memang minuman yang dibawa oleh bangsa Belanda, karena dulu soda dianggap hal yang mahal maka hanya tersedia di pesta-pesta perayaan besar Tuan Belanda atau bangsawan saja. Industri itu semakin maju di era 1920an, banyak pabrik membuka pembuatan limun seperti yang sampai sekarang masih berdiri yaitu Limun Oriental Cap Nyonya, perusahaan limun Widodo, Tirta Agung Ngoro, Cap Hongkong, dan Linggarjati

Limun Oriental Cap Nyonya berada di Pekalongan dan dikelola sudah lintas generasi. Lalu, Tirta Agung Ngoro sekarang dipegang oleh generasi ke-3, yaitu Koh Andre di Ngoro Jombang, Jawa Timur bersama Limun Widodo.


Limun Linggarjati berada di Pasuruan. Kemudian, Cap Hongkong berada di Banyuwangi.

Namun, setelah produk soda asing masuk ke Indonesia di era 1962, produk lokal mulai ditinggalkan karena kalah dalam segi desain, permodalan dan image produk asing lebih keren dibanding lokal. Hal itu membuat "take off" Limun mulai landing kembali. 

46 tahun kemudian, tercetus ide bahwa minuman bersoda diubah menjadi kata atau kalimat "BEER", yang terkesan beralkohol, tapi hanya untuk menarik penasaran pembeli. Limun mulai berganti outfit menjadi lebih modern dan trendy

Contohnya saja salah satu distributor limun terlengkap di wilayah tangerang selatan yaitu Coffee Beer Pamulang (@coffeebeerpamulang) yang kami sambangi beberapa hari yang lalu memiliki banyak koleksi bentuk dan macam limun yang bervariasi, yang notabenenya memiliki rasa yang sama dengan perbedaan kemasan dan advertising.

Rasa kopi diubah menjadi coffee beer, ditambah kemasan yang menggunakan desain apik, limun kopi berhasil menguasai kafe - kafe sebagai menu alternatif olahan kopi dengan iming-iming kalimat "Coffee BEER".

Owner dari Cafe Beer Pamulang menyatakan bahwa, "Kalau sedang bagus kira - kira bisa habis 400 dus sebulan, dengan merk yang beda beda yah," ulasnya.

Yang kamu lihat ada kurang lebih 9 macam merk limun yang Coffee Beer Pamulang punya. Botol yang unik dan klasik menyempurnakan kesan classic, local pride dan estetik. 
 

sosial media coffee beer pamulang



Selain cafe dan coffee shop, limun yang sekarang terkenal dengan kata Coffee Beer mulai merambah pasar Sekelas Resto sampai swalayan. Rasa limun memiliki banyak macam seperti kopi, sarsaparilla, mocca, permen karet, apel yang semua diberi karbonasi soda. 

"Harapan saya, momentum kebangkitan ini bisa menjadi awal bangkitnya kembali industri minuman kebanggaan lokal dengan cita rasa yang berani di adu dengan minuman asal luar" ungkapnya.