Jamu - Canva
Like
Produsen jamu dan farmasi yang sudah ada sejak tahun 1940 ini sahamnya cukup banyak mendapat sorotan lho, Be-emers. Selain dari sisi kinerjanya, emiten dengan kode saham SIDO tersebut juga tahun kemarin resmi melakukan stock split dan sahamnya diborong sama Affinity nih, Be-emers.
Pada September 2020 lalu, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. telah resmi melakukan Stock Split alias pemecahan nilai nominal saham. Alhasil, sejak 14 September 2020, SIDO memulai perdagangan saham dengan nominal baru Rp50 di pasar reguler dan negosiasi.
SIDO melakukan stock split dengan rasio 1:2. Dengan begitu, jumlah saham beredar, yakni 15 miliar saham, bakal bertambah jadi 30 miliar saham abis stock split.
Nah usai melakukan aksi korporasi itu, memasuki Februari 2021, induk usaha SIDO yakni PT Hotel Candi Baru resmi melepas 21 persen atau setara 6,3 miliar saham kepemilikannya lho!
Hotel Candi Baru melepasnya untuk Affinity Equity Partners, lewat aksi crossing saham senilai Rp4,5 triliun nih. Dengan begitu, kepemilikan Hotel Candi Baru terhadap saham SIDO jadi berkurang, yang tadinya sebesar 81 persen kini menjadi 60 persen deh.
Sebenarnya sih, kemitraan Sido Muncul sama Affinity tuh sudah cukup lama terjalin, yakni sejak tahun 2018. Langkah ini pun, dilansir dari Bisnis, sekaligus meresmikan kemitraan strategis di antara keduanya.
Pihak Affinity pun menuturkan kalau mereka bakal membantu SIDO buat memperkuat pasarnya di kawasan Asia hingga ekspansi ke segmen baru. Adapun, kamu perlu tahu nih, Affinity Equity Partners ini merupakan salah satu investor private equity terdepan di Asia lho!
Kinerja SIDO
Kalau kita lihat dari sisi kinerja, SIDO cukup cemerlang lho, Be-emers. Di tahun 2020, SIDO mencatatkan peningkatan kinerja, baik dari pendapatan hingga laba bersih nih.Berdasarkan laporan keuangannya di tahun 2020, SIDO berhasil meraih penjualan sebesar Rp3,33 triliun. Secara year-on-year (yoy), jumlah tersebut meningkat sekitar 9 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sementara itu, SIDO juga meraih laba bersih sebesar Rp934,01 miliar. Padahal, di tahun 2019, laba bersih SIDO hanya sebesar RP807,69 nih, Be-emers.
Sedangkan total aset SIDO di tahun 2020, yakni mencapai Rp3,85 triliun! Angka tersebut juga meningkat, yang mana di tahun 2019, SIDO mencatatkan total aset sebesar Rp3,53 triliun.
Nah, kalau kita bandingkan dengan emiten farmasi lainnya, kayak PT Soho Global Health Tbk (SOHO), PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF), dan PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC), kira-kira sejauh mana performa SIDO?
Emiten | Total Aset 30 Sep 2020 | PER | Harga Saham 8 Feb 2021 |
SIDO | Rp3,69 Triliun | 24,89x | Rp775 |
KLBF | Rp22.45 Triliun | 27,22x | Rp1.570 [-1,26 persen] |
SOHO | Rp3,78 Triliun | 31,77x | Rp4.990 [+0,20 persen] |
TSPC | Rp8,89 Triliun | 10,25x | Rp1.505 [+1,01 persen] |
Ternyata, kalau dilihat dari Price Earning Ratio (PER) hingga perdagangan 8 Februari 2020, SIDO lebih rendah daripada SOHO nih. Which means volatilitasnya masih enggak setinggi SOHO.
Jadi, kalau berdasarkan prospek yang dilihat dari kinerjanya, kamu mau BUY atau BYE SIDO nih, Be-emers?
Yuk, langsung vote sekarang!
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.