Banking - Canva
Hingga Kamis (18/2), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diketahui masih mengkaji soal ketentuan pendirian bank digital lho. Targetnya sih, regulasi dari OJK tersebut sudah bisa dirilis sebelum semester I/2021.
Kalau menurut Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Anung Herlianto, dikutip dari Bisnis, pendirian bank digital dibagi jadi dua jenis:
- Pendirian bank baru sebagai fully digital bank.
Untuk ini, investor menyampaikan proposal kepada OJK untuk mendirikan bank digital.
- Transformasi bank existing menjadi bank digital.
Bank harus punya model bisnis yang realistis dan implementatif dengan penggunaan teknologi yang inovatif dan aman dalam menjawab kebutuhan nasabah.
Selain itu, pihak bank juga punya kemampuan untuk mengelola bisnis perbankan digital yang prudent dan berkesinambungan, serta paham mitigasi dan kapabilitas dari manajemen risiko untuk mengantisipasi berbagai risiko digital termasuk cyber crime dan lainnya.
Nah, sejumlah bank sudah melakukan transformasi bank existing. Salah satunya yakni bank BCA (BBCA), yang mengkonversi Bank Royal.
Di sisi lain, pihak BBCA juga diketahui telah piloting buat meluncurkan PT Bank Digital BCA pada tahun ini. Nah, bank tersebut bakal didorong buat jadi neo bank, yang mana akan fokus pengembangan digital tanpa memerlukan keberadaan fisik di daerah operasionalnya.
Jadi, Bank Digital BCA tersebut juga enggak bakal mengelola uang kas secara langsung, melainkan melalui jaringan BCA.
Sementara itu, Bank BRI (BBRI) juga telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp3,5 triliun buat belanja digital dan IT pada 2021. Berdasarkan info dari Corporate Secretary BRI, secara umum pihaknya menyiapkan 3-4 persen dari total revenue untuk melakukan transformasi digital, termasuk membangun kapabilitas fintech.
Selain itu, BBRI juga bakal fokus pada super apps BRImo, aplikasi digital banking BRI. Peningkatan jasa layanan digital banking pun, bagi BBRI, bertujuan untuk menjawab kebutuhan pasar di tengah pandemi.
Begitu pula dengan BNI (BBNI) yang diketahui terus meningkatkan layanan perbankan dengan mengoptimalkan teknologi digital. Pihaknya mencatat saat ini sedikitnya ada 22 juta nasabah yang menggunakan layanan electronic channel.
Hingga saat ini pun, pihak BBNI juga sudah menghadirkan berbagai solusi digital untuk mendorong inklusi keuangan, mulai dari desa hingga ke kota.
Pihak Bank Mandiri (BMRI), pun punya pandangan kalau investasi teknologi bakal jadi prioritasnya masa kini.
Kinerja BBRI, BMRI, BBNI, dan BBCA
Dari segi kinerja, berdasarkan laporan keuangannya, BBRI meraih laba bersih Rp18,65 triliun di tahun 2020. Sayangnya angka tersebut terkoreksi 45,65 persen secara year on year (yoy), dibanding dengan periode sama tahun 2019 yakni sejumlah Rp34,37 triliun.Namun, kinerja saham BBRI sempat melonjak 3,59 persen, seiring dengan adanya sentimen Holding Ultra Mikro dan mencaplok PNM serta Pegadaian. BBRI pun bakal rights issue untuk memproses holding tersebut.
Penurunan laba memang banyak menimpa emiten perbankan di kinerja 2020. Enggak cuma BBRI, bahkan BBNI membukukan penurunan laba bersih hingga 78,7 persen lho!
Laba bersih BBNI di 2020 mencapai Rp3,28 triliun. Padahal, di tahun 2019, BBNI berhasil meraih laba bersih hingga Rp15,38 triliun nih, Be-emers.
Di satu sisi, laba bersih BMRI di tahun 2020 juga terjun 37,71 persen dari tahun sebelumnya. Diketahui, laba bersih BMRI di tahun 2020 hanya mencapai Rp17,11 triliun, yang mana dipicu oleh pendapatan bunga yang terjaga serta fee based yang meningkat.
Sementara itu, BBCA telah mencatatkan laba bersih senilai Rp27,13 triliun sepanjang 2020. meski turun 5,14 persen secara yoy, Pencapaian ini berhasil mengungguli raihan laba bersih tiga emiten perbankan BUMN di atas lho!
Lalu, gimana dengan kinerja empat emiten perbankan tersebut jika dilihat dari dari total aset, Price Earning Ratio (PER), dan pergerakan sahamnya?
Emiten | Total Aset 31 Desember 2020 | PER | Harga Saham 18 Feb 2021 |
BBRI | Rp1.511,8 triliun | 30.88x | Rp4.670 [0,86%] |
BMRI | Rp1.429,33 triliun | 17,04x | Rp6.250 [-1,57%] |
BBNI | Rp891,34 triliun | 34,25x | Rp6.025 [-2,03%] |
BBCA | Rp1.075 triliun | 30.60x | Rp33.675 [-2,39%] |
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.