Seandainya Double Entry Bookkeeping Tidak Pernah Ada

Double Entry Bookkeeping (Sumber gambar: workful.com)

Double Entry Bookkeeping (Sumber gambar: workful.com)

Like

Akuntansi telah melalui sejarah yang cukup panjang hingga saat ini. Disadari atau tidak, hampir keseluruhan akuntansi di dunia pada saat ini telah mengarah kepada double entry bookkeeping dan hampir seluruh pelosok di belahan dunia ini menjadi penganut aliran ini.

Double entry bookkeeping tampaknya menjadi “kewajiban utama” bagi hampir seluruh institusi di dunia, baik institusi swasta maupun pemerintah. Contohnya, perusahaan yang go public, wajib mempublikasikan laporan keuangannya yang sesuai dengan konsep double entry bookkeeping.

Bahkan, teknologi sistem informasi akuntansi yang dikembangkan, pada saat ini pun mengacu pada konsep double entry bookkeeping tersebut. Sehingga, laporan yang dihasilkan oleh teknologi sistem informasi akuntansi tersebut pun sesuai dengan double entry bookkeeping.

Apakah yang Terjadi Apabila Double Entry Bookkeeping Tidak Pernah Hadir di Dunia?

Sebenarnya jauh hari sebelum hadirnya double entry bookkeeping di dunia –yang dikemukakan oleh Luca Pacioli, masing-masing wilayah di muka bumi ini memiliki “aliran” masing-masing dalam hal akuntansi. Masing-masing daerah di seluruh muka bumi ini memiliki konsep akuntansi berbasis kearifan lokal sesuai dengan daerahnya.


Mengutip dari “Teori Akuntansi & Riset Multiparadigma” yang disusun oleh Arfan Ikhsan dan Herkulanus Bambang Suprasto, terdapat beberapa bukti empiris yang bisa dijadikan telaah. Misalnya, bangsa Aztec dan Inca di pedalaman Amerika, bangsa Dravida di Dataran Asia Selatan, Cina dan Jepang di Kawasan Asia Tengah Timur, bangsa Sumeria, Mesir Kuno, dan Mesopotamia di dataran Arab, Yunani dan Romawi serta di lingkaran Benua Eropa.

Manuskrip-manuskrip yang ditemukan di goa-goa pra-sejarah telah menunjukkan bahwa manusia di jaman itu telah mengenal adanya hitung-hitungan, meski bentuknya sederhana.

Jauh sebelum Eropa mengenal peradaban modern dan masih berdomisili dalam gubuk, serta berpakaian kulit binatang, perekonomian yang canggih sudah terbit di Timur Tengah dan Timur Jauh. Di samping itu, Dinasti Shang di China sudah ada sejak 1600 SM, sementara mengenai catatan yang canggih di India berasal dari tahun 2300 SM.

Piramida-piramida megah Mesir tertua di antaranya dibangun 4000 tahun yang lalu, ini membuktikan dialaminya era kemegahan oleh peradaban itu. Alexander yang Agung, sebagai salah seorang murid Aristoteles membangun kerajaan terbesar dikenal dalam dunia kuno. Dalam tahun 332 SM Alexander Agung membangun kerajaan Alexandria, tempat didirikannya perpustakaan paling luar biasa dalam dunia kuno. Pada tahun 235 SM perpustakaan itu sudah menampung lebih dari 50.000 manuskrip.

Pada periode Babilonia, para ilmuan telah melakukan pembongkaran ribuan tablet-tablet tanah liat Babilonia. Hasil pembongkaran tersebut menunjukkan suatu kesaksian yang besar tentang sistem pembukuan mereka.

Dalam sistem akuntansinya, catatan-catatan umum kebanyakan ditemukan berupa penerimaan tablet-tablet. Tablet-tablet tersebut berisi catatan-catatan akan informasi berapa jumlah uang dan barang yang diterima, nama orang yang memberikannya, nama orang yang menerimanya, dan tanggal kejadiannya.

Ada juga tablet pengeluaran yang dicatat atas arus keluar dari entitas. Tablet pengeluaran tersebut terdiri dari daftar sejumlah uang dan kekayaan yang dibelanjakan sebagai hasil dari pengguna internal, pembelian, kerugian dan lain-lainnya.

Tablet pengeluaran kadangkala dilayani sebagai suatu catatan tentang biaya. Laba dan produksi juga dicatat. Tablet laba biasanya meliputi apa laba yang diterima, siapa yang menerima, alasan-alasan untuk menerima, dan tanggal penerimaan.

Pada periode Yunani, pemerintah membagi secara adil barang-barang yang mereka terima. Parthenon terkenal adalah perbendaharaan barang-barang suci yang berharga. Pada umumnya, akuntansi di jaman itu adalah mengawasi keseimbangan, uang masuk, pengeluaran-pengeluaran dan berakhir pada keseimbangan.

Pandangan akuntansi di sektor swasta dikemukakan dengan penemuan di Mesir atas “Zenon papyri”, yang merupakan dokumen dari abad ketiga sebelum masehi. Ketika Mesir merupakan provinsi Yunani di bawah di bawah Alexander yang agung, dokumen menghasilkan bukti dari akuntansi Yunani abad ke empat sebelum masehi.

Pengamatan terhadap dokumen-dokumen tertulis menyajikan setiap transaksi, banyak di antara mereka mengambil bentuk akun untuk meminjam uang dan aktiva lainnya yang diterima oleh kepala departemen. Catatan menunjukkan bahwa akun ini terdiri dari daftar kas dan aktiva lainnya, seperti makanan, minyak, baju dan arus masuk serta arus keluar. Item-item yang sama dan total pengeluaran mereka dikelompokkan bersama dalam paragraph.

Pada periode Romawi, banyak catatan-catatan pembukuan dibuat berdasarkan tablet lilin. Pada periode ini juga ada sebuah memorandum atau buku harian yang dicatat atas penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran, dan sebah kode “a code accepti et expensi” sama dengan buku kas yang dimasukkan setiap bulannya dalam buku harian.

Berdasarkan penjelasan yang bersumber dari Arfan Ikhsan dan Herkulanus Bambang Suprasto tersebut, tampaknya kehidupan organisasi di seluruh dunia ini sebenarnya tetap dapat berlangsung dengan baik tanpa adanya double entry bookkeeping karena segala sesuatunya sudah dapat dilaksanakan dengan mengacu pada sistem akuntansi yang berbasis kearifan lokal tersebut.

Bahkan, perekonomian pada jaman dahulu pun dapat berlangsung dengan sangat baik tanpa adanya sistem double entry bookkeeping. Dengan demikian, barangkali apabila Luca Pacioli tidak pernah menghadirkan double entry bookkeeping, maka sebenarnya perekonomian di seluruh dunia pun akan tetap dapat berlangsung, seperti pada jaman dahulu ketika belum adanya double entry bookkeeping tersebut.

Lalu, mengapa double entry bookkeeping penting?
 
Meskipun pada jaman dahulu sebelum adanya double entry bookkeeping, organisasi dan perekonomian dapat berkembang dengan baik. Namun dengan adanya double entry bookkeeping, akuntansi akan menjadi lebih terstandar di seluruh dunia ini.

Kreditur dan investor akan lebih mudah untuk membaca dan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan. Karena tanpa adanya standar yang pasti, maka kreditur dan investor yang berasal dari wilayah yang berlainan tampaknya perlu waktu yang agak lama untuk “menerjemahkan” dan memahami laporan keuangan tersebut, sebelum dilakukannya pengambilan keputusan pemberian kredit atau investasi.

Dengan adanya standar dalam akuntansi, maka beberapa manfaat yang akan diperoleh antara lain pemegang saham dapat dengan mudah mengetahui perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan, supplier juga dapat dengan mudah menilai kredibilitas perusahaan dalam membayar pinjamannya, dan pemerintah pun dapat dengan mudah menentukan berbagai kebijakan seperti kebijakan jumlah pajak dan statistic pendapatan nasional.