Space Illustration Web Bisnis Muda - Canva
Likes
Dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, beberapa peneliti melakukan eksperimen di luar angkasa yang bisa dibilang aneh dan unik lho, Be-emers! Apa aja sih? Yuk kita cari tau lebih lanjut!
Pepsi vs Coca Cola
Dalam penerbangan pesawat ulang alik Challenger pada 1985, Coca Cola dan Pepsi diuji apakah kedua minuman tersebut bisa diminum di luar angkasa. Coca Cola memodifikasi kaleng aluminiumnya untuk menampung kantong plastik berlapis berisi soda, yang ditutup dengan katup logam dan ceret minum.
Sedangkan Pepsi memodifikasi kaleng minumannya mirip dengan kemasan krim kocok atau keju semprot, yang juga menggunakan kantong berisi CO2 untuk mengeluarkan sodanya. Namun, pepsi menggunakan bahan kimia untuk menghasilkan gas.
NASA menyebut kaleng Coca-Cola dan Pepsi sebagai Evaluasi Kontainer Minuman Berkarbonasi (CBCE). Namun, eksperimen tersebut bukanlah menjadi hal utama, melainkan NASA juga memiliki misi utama untuk studi tentang mahari, atmosfer, dan antro-fisika.
Astronaut Drinking Coca Cola - NASA
Hebatnya, dari percobaan yang dilakukan, semua berjalan sempurna. Kedua kaleng minuman ringan bersoda itu dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tidak meledak atau bahkan membahayakan para astronot. Keren kan!
Bikin Kotor Ruangan ISS
Walaupun semua ruangan dibersihkan secara rutin oleh para astronot yang menghuni ISS, ada satu ruangan yang tidak pernah dibersihkan sama sekali! Jorok dong?
MatISS - ESA via Science Alert
Tapi, hal ini ditujukan untuk sains, Be-emers. Eksperimen MatISS atau Microbial Aerosol Tethering on Innovative Surface di ISS pada tahun 2016 menguji lima bahan canggih untuk melihat bagaimana bahan itu dapat mencegah mikroorganisme penyebab penyakit menetap dan tumbuh dalam kondisi gayaberat mikro.
Disponsori oleh CNES, eksperimen tersebut diharapkan dapat mengetahui bahan mana saja yang bekerja paling baik dan efektif, karena nantinya akan berpengaruh pada desain pesawat ruang angkasa di masa selanjutnya untuk mencegah kontaminasi biologis di tempat tinggal para astronot.
Musik dari Foto Luar Angkasa
Nah, musik tersebut dibuat dari foto-foto luar angkasa yang disulap menjadi komposisi nada. Foto yang digunakan itu diambil pada Agustus 2018 lalu menggunakan Hubble Advanced Camera for Surveys dan Wide-Field Camera.
Uniknya, setiap elemen gambar mempunyai suara yang berbeda-beda lho dalam proses pengubahannya menjadi musik. Bintang dan compact galaxies memiliki bunyi singkat dan jelas, sementara galaksi spiral berbunyi panjang dan kompleks.
Selain hal itu, lokasi dari objek juga menghasilkan variasi bunyi yang berbeda. Yang berada di bawah gambar menghasilkan nada rendah, sementara yang terletak di atas menghasilkan nada tinggi.
Panen Sinar Matahari
Ilmuwan menggunakan panel surya seukuran box pizza bernama Photovoltaic Radiofrequency Antenna Module (PRAM) yang mana merupakan prototype sistem masa depan untuk mengirim listrik dari luar angkasa ke bumi.
PRAM - CNN
Diluncurkan pada Mei 2020, PRAM dibuat untuk memanfaatkan cahaya luar angkasa yang tidak menembus atmosfer, sehingga mempertahankan gelombang birunya. Hal tersebut membuatnya lebih kuat dibandingkan sinar matahari yang telah mencapai bumi!
Saat ini, ilmuwan telah memastikan bahwa PRAM bekerja dengan baik dan sebagaimana mestinya. Selanjutnya, ilmuwan berencana untuk menempatkan PRAM di orbit geosynchronous yang berada di bawah sinar matahari.
Space Pups
Sperma tikus tersebut berhasil kembali ke bumi dan membuahi ovarium tikus. Menurut peneliti Jepang, bahkan sperma tikus yang beku tersebut tidak mengalami kerusakan atau kecacatan DNA sama sekali.
Space Pups - University of Yamanashi
Eksperimen ini ditujukan untuk mengetahui apakah radiasi luar angkasa bisa mempengaruhi kesuburan mamalia, karena pada dasarnya, radiasi dapat merusak struktur DNA dalam sel, lho!
Makanya Be-emers, jangan lupa selalu pakai sunscreen, ya!
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.