Berkontribusi Besar, Ini Dampak Fast Fashion Pada Lingkungan

Fast Fashion. (Ilustrasi: Canva)

Fast Fashion. (Ilustrasi: Canva)

Like

Model baju yang sering berganti dalam waktu singkat atau fast fashion memang banyak digemari. Tapi ternyata memberikan dampak yang besar terhadap lingkungan. 

Be-Emers, selama ini bagaimana pola konsumsi fesyen kalian? Lebih suka menjahit baju atau membeli? Kalau membeli lebih suka beli dimana, tuh?

Mungkin banyak yang akan menjawab beli di mall, toko baju, atau bahkan online shop. Baju-baju yang dijual di pasaran saat ini kebanyakan merupakan fast fashion.

Selain karena mudah didapatkan, fast fashion juga banyak digemari karena sesuai dengan tren. Padahal tren yang berjalan di fast fashion berganti sangat cepat.  
 

Apa Itu Fast Fashion?


Dilansir dari The Good Trade, fast fashion adalah metode desain, manufaktur, dan pemasaran yang berfokus pada produksi pakaian dalam jumlah besar secara cepat. 


Produksi garmen fast fashion memanfaatkan replikasi tren dan bahan berkualitas rendah (seperti kain sintetis) untuk menghadirkan gaya murah kepada konsumen.

Fast fashion dibuat oleh pabrik garmen atau konveksi dalam jumlah yang besar, modelnya seragam, dan cepat. Mereka membuat banyak sekali baju dengan bahan, model, dan ukuran yang sama untuk menghasilkan harga yang murah.

Baca Juga: Tips Untung Membeli Baju Thrifting

Harganya yang murah membuat kemampuan orang untuk membeli baju-baju fast fashion meningkat sehingga permintaan akan baju-baju seperti ini juga tinggi walaupun belum tentu sesuai dan terpakai.

Jika hanya melihat dari definisi ini, fast fashion kedengarannya sesuatu yang positif. Tapi kita perlu mengulik lebih jauh nih, Be-Emers!

Dibalik cepat dan mudahnya, ternyata fast fashion membawa beberapa dampak terutama ke lingkungan.
 

Dampak Fast Fashion


Dilansir dari Treehugger, meskipun konsumen mungkin menikmati pakaian yang murah dan modis, fast fashion dikritik karena dampak lingkungan dan etikanya.
 

1. Limbah Tekstil


Fast fashion sangat bergantung dengan tren dan orang cenderung membuang atau tidak memakai lagi pakaian yang sudah tertinggal tren apalagi yang berbahan murah seperti fast fashion.

Menurut Environmental Protection Agency (EPA), 17 juta ton limbah tekstil dihasilkan pada tahun 2018, di mana hanya 2,5 juta ton yang didaur ulang. 

Satu pakaian memiliki tingkat daur ulang yang jauh lebih rendah daripada bahan lain seperti kertas, kaca, atau bahkan plastik. 

Ini ada hubungannya dengan kain serat pendek yang digunakan; ini lebih murah dan lebih tipis dan tidak dapat ditenun ulang menjadi kain baru. Jadi fast fashion jelas menimbulkan limbah tekstil yang tinggi.
 

2. Emisi CO2


Fast fashion berdampak pada lingkungan melalui emisi karbon. Industri fesyen bertanggung jawab atas 10 persen emisi CO2 global setiap tahun, menurut Ellen MacArthur Foundation. 

Itu jumlah yang sangat besar, lebih dari gabungan semua penerbangan internasional dan pengiriman laut. Para peneliti memproyeksikan bahwa jika keadaan tidak berubah, pada tahun 2050 industri fesyen akan menghabiskan seperempat dari anggaran karbon dunia.

Fast fashion sangat cepat dan terus bekerja sehingga jelas menjadi penyumbang terbesar emisi karbon.

Baca Juga: Diadakan Setiap Tahun, Yuk Intip Sejarah Fashion Week
 

3. Polusi Air


Selain emisi CO2, industri fast fashion ini dapat berkontribusi terhadap polusi laut karena pakaian yang terbuat dari kain sintetis dapat mengandung mikroplastik. 

Saat barang-barang ini dicuci atau jika disimpan di tempat pembuangan sampah dan terkena hujan, serpihan kecil plastik dibuang ke sistem air limbah dan akhirnya keluar ke laut.

Penelitian telah menunjukkan serat plastik dapat berakhir di perut hewan laut, termasuk beberapa yang berakhir sebagai makanan laut. 

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Ilmu dan Teknologi Lingkungan menemukan bahwa rata-rata lebih dari 1.900 serat dapat dilepaskan oleh pakaian sintetis hanya dalam sekali perjalanan melalui mesin cuci. 

Apalagi jika ada industri manufaktur fast fashion yang berbuat curang dan tidak memenuhi AMDAL dengan membuang limbah ke perairan sekitar.
 

4. Buruh Tidak Aman


Fast fashion diproduksi secara massal dan cepat sehingga terkadang melewatkan hal-hal terkait keamanan kerja dan kemanusiaan. Buruh seringkali bekerja dalam upah rendah dan jam kerja yang panjang.

EcoWatch bahkan melaporkan di industri fast fashion anak-anak dipekerjakan dan hak asasi manusia dilanggar. Pekerja dapat terpapar bahan kimia dan pewarna kaustik dan dapat bekerja dalam situasi berbahaya. 

Waduh, ternyata baju-baju yang sering kita beli di mall punya dampak buruk terhadap lingkungan dan kemanusiaan nih Be-Emers.

Ada yang punya alternatif beli baju yang ramah lingkungan dan timeless enggak? Komen di bawah, ya!

Mau tulisanmu dimuat juga di Bisnis Muda? Kamu juga bisa tulis pengalamanmu terkait investasi, wirausaha, keuangan, hingga lifestyle di Bisnis Muda dengan klik “Mulai Menulis”.
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.