Trend Maker Summit 2025: Dorong Inovasi dan Kolaborasi untuk Masa Depan

Fakhridho - Executive Director KIC

Like

Trend Maker Summit 2025 telah diselenggarakan oleh Katadata Indonesia, OMG Consulting dan Trend watching di Jimbaran, Bali. Trend Maker Summit 2025 bukan hanya forum untuk mengeksplorasi apa yang akan datang, tetapi juga platform untuk menghargai perusahaan-perusahaan Indonesia yang terus berinovasi, menciptakan nilai, dan melampaui batas.

Chief Operating Officer Katadata Indonesia Ade Wahjudi mengatakan, acara ini adalah ruang bersama bagi para pemimpin bisnis, kreator, pembuat kebijakan, dan pemikir untuk bertukar ide, berbagi praktik terbaik, dan menemukan peluang baru yang muncul.

“Di sini kita merayakan mereka yang sudah memimpin inovasi, sambil mempersiapkan diri untuk kemungkinan baru di depan. Mari kita manfaatkan momen ini untuk memperluas perspektif, memperkuat kreativitas, dan membangun koneksi yang memicu kemajuan yang berarti. Mari kita bekerja sama untuk memastikan bahwa inovasi Indonesia tidak hanya relevan hari ini, tetapi juga mendefinisikan tren di masa depan.” kata Ade saat memberikan kata sambutan, Kamis (27/11).
Pendiri OMG Consulting Yoris Sebastian mengatakan, melalui acara ini diharapkan Indonesia dapat belajar dari tren konsumen global, memahami tren yang membentuk dunia, dan menggunakannya untuk menciptakan inovasi yang bermakna. Ia menambahkan, Trend Maker Summit akan membawa semua pihak ke meja yang sama, kolaborasi antara perusahaan swasta, perusahaan negara, merek, dan lembaga pemerintah, karena kolaborasi, kata dia, mempunyai dampak yang luar biasa.

“Contoh yang baik adalah QRIS. Bank Indonesia bekerja sama dengan bank-bank milik negara dan bank swasta untuk membangun sistem pembayaran QR yang terpadu. Sistem ini menjadi sangat sukses karena membuat pembayaran digital lebih mudah diakses di negara di mana penggunaan kartu kredit relatif rendah. QRIS berkembang pesat bukan karena BI bertindak sendiri, tetapi karena seluruh ekosistem keuangan bergerak bersama,” jelas Yoris.

Riset Katadata Insight Center Dipaparkan di Trend Maker Summit 2025

Dalam rangkaian acara Trend Maker Summit 2025, Katadata Insight Center memaparkan hasil riset perilaku konsumsi kelas menengah di Indonesia, hasil kolaborasi bersama OMG Consulting dan Trend Watching. Temuan ini menjadi salah satu sorotan karena mencerminkan perubahan prioritas dan pola pengambilan keputusan konsumen di tengah dinamika ekonomi dan gaya hidup.

Masyarakat kelas menengah di Indonesia tidak lagi memprioritaskan harga yang murah sebagai faktor utama dalam membeli sebuah barang. Mereka lebih mengutamakan kualitas produk yang tahan lama serta kegunaan dan manfaat tambahan.

Berdasarkan riset Katadata Insight Center, Indonesia Middle Class in Motion: Smarter Choice, Wiser Spending, 65,7% responden lebih memilih kualitas produk yang tahan lama dibandingkan harga yang murah. Direktur Eksekutif Katadata Insight Center Fakhridho Susilo mengatakan 55,7% responden memilih kegunaan, serta 52,7% memilih manfaat tambahan.

“Angka tersebut menunjukkan bahwa kegunaan lebih diutamakan daripada daya tarik harga. Kelompok SES B menonjol di semua kategori yang menunjukkan penekanan yang lebih kuat pada kegunaan, pertimbangan lingkungan, dan nilai uang dibandingkan dengan kelompok lain. Nilai didasarkan pada apa yang tahan lama dan apa yang berfungsi, kegunaan dan ketahanan mendefinisikan nilai yang dirasakan saat ini,” kata Fakhridho.

Fakhridho menambahkan, riset ini merupakan bagian dari Katadata Indonesia Middle Class Insights (KIMCI) yang akan diluncurkan pada April 2026. Riset ini dilakukan terhadap 463 responden dengan usia 17-59 tahun di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan lainnya. Responden yang dipilih adalah perwakilan kelas menengah dengan pengeluaran Rp2 - Rp10 juta per kapita per bulan.

Menurut Fakhridho, kelas menengah Indonesia bukan hanya segmen konsumen terbesar (sekitar dua pertiga populasi), tetapi juga denyut nadi perekonomian dan pergeseran gaya hidup negara ini. Masyarakat kelas menengah adalah mesin pertumbuhan Indonesia yang tangguh, adaptif, dan semakin reflektif.
“Selama setahun terakhir, mereka menghadapi inflasi, kelebihan digital, dan pergeseran aspirasi, semua hal ini mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali apa yang benar-benar penting: nilai, keseimbangan, dan makna. Saat kelas menengah mendefinisikan ulang cara mereka hidup, berbelanja, dan bercita-cita, mereka juga membentuk kembali seperti apa masa depan Indonesia akan terlihat,” jelas Fakhridho.

Dia menjelaskan, pilihan kelas menengah hari ini yaitu apa yang mereka hargai, bagaimana mereka beradaptasi dengan teknologi, dan bagaimana mereka menyeimbangkan keberlanjutan dan kenyamanan adalah sinyal awal dari ekonomi dan budaya negara di masa depan.

Fakhridho menambahkan, responden juga lebih menghargai merek yang terbuka dan jujur dibandingkan citra. Hal ini terlihat dari hasil riset di mana 59% responden memilih mereka yang transparansi dan kejujuran sebagai indikator terkuat. Selain itu, 57% responden memilih produk yang benar-benar memenuhi kebutuhan.

“Tanda-tanda tujuan seperti peduli terhadap isu sosial/lingkungan (37%) dan mendukung komunitas lokal (37%) memperdalam koneksi emosional. Kelompok berpenghasilan tinggi menempatkan makna yang lebih besar pada solusi nyata, tanggung jawab lingkungan, dan narasi yang menginspirasi. Makna tumbuh dari merek yang jujur, berguna, dan benar-benar berkontribusi, bukan yang bergantung pada citra,” jelas Fakhridho.