Siasat Jalani Warisan Bisnis Keluarga

Like

Warisan, tujuh huruf yang mungkin bisa bikin sumringah, tapi di sisi lain juga bisa jadi tanggung jawab baru. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, warisan diartikan sebagai sesuatu yang diwariskan seperti harta, nama baik, dan harta pustaka.

Salah satu hal yang juga bisa diwariskan adalah bisnis yang dijalankan oleh keluarga. Terlahir di keluarga yang menjalani usaha, apalagi sudah punya nama yang cukup besar, memang bisa bikin galau.

Ada yang senang hati karena tinggal meneruskannya, tapi kadang ada juga yang merasa berat karena ragu atau punya passion di bidang lain. Kalau Be-emers ada di posisi ini, enggak ada salahnya buat menekuni bisnis keluarga lho. Siapa tahu, jadi makin cuan ya kan?

Biar bisa meneruskan bisnis keluarga dengan asyik, ada beberapa hal juga yang perlu diperhatikan nih, Be-emers .

Survei Produk


Berbasis keluarga, kadang enggak menjamin juga kalau kita sudah tahu 100% seluk beluk bisnis keluarga yang akan kita jalani. Makanya, sebelum menerima warisan ini, ada baiknya Be-emers melakukan survei terhadap produk yang dijual.

Seperti yang dilakukan oleh Yasir Ferry, seorang generasi ke-tiga penerus bisnis produksi mi lethek cap Garuda di Bantul. Dilansir dari Harian Bisnis Indonesia, pria keturunan Arab-Jawa itu memutuskan untuk membuat survei ke teman dan keluarga dekatnya.

Survei tersebut membantunya dalam menimbang lagi potensi pasar dan kelebihan dari produk mi lethek yang dikenal lebih sehat dari jenis makanan lainnya. Apalagi di tengah persaingan mi instan, berkat survei juga, ia jadi bisa menentukan langkah dan inovasi untuk bisnis warisan keluarga yang sudah dijalani sejak 1940 itu.

Hadirkan Inovasi

Inovasi bisa dibilang jadi kunci untuk bertahan di tengah derasnya produk-produk baru. Itu juga yang akhirnya dilakukan Wahyudi Pramono. Walaupun awalnya enggak mau meneruskan bisnis bakso milik keluarganya yang sudah ada sejak 1966, Wahyudi akhirnya berusaha merombak warisan “Bakso Aziz”dengan sejumlah inovasi.

Sadar kuliner juga sudah jadi bagian dari gaya hidup, ia pun akhirnya berinovasi dengan rasa dan varian bakso. “Ada bakso keju, urat, halus, telur, bolognese, kacang, serundeng, udang, hingga kelapa muda,” ungkapnya, dikutip dari Harian Bisnis Indonesia.

Inovasi bukan cuma fokus di lidah pelanggan, pria yang kini udah punya 4 kios bakso ini juga merombak pola manajemen yang akhirnya mampu meningkatkan skala bisnisnya. Salah satu contohnya, kini ia juga sudah menjual produk baksonya lewat kios online.

Pertahankan Ciri Khas

Memang, inovasi itu perlu, tapi jangan lupa juga buat mempertahankan ciri khas produk yang dijual. Terutama buat bisnis yang sudah dijalani selama bertahun-tahun dan punya pelanggan tetap. Kalau inovasi yang kita lakukan terlalu berlebihan, bisa jadi ciri khasnya malah bisa hilang dan bisa bikin kecewa pelanggan.

Makanya, walaupun bakso bikinan Wahyudi sudah berinovasi, tapi ia masih konsisten buat menggunakan resep tradisional warisan keluarganya. Selain bumbu, bakso buatannya enggak menggunakan bahan kimia dan pembuatanya juga masih tradisional dengan pakai tangan lho. Keren!