Disiplin Positif vs Hukuman: Mana yang Lebih Baik untuk Anak?

Disiplin positif lebih efektif dalam mendidik anak. (Pexels)

Disiplin positif lebih efektif dalam mendidik anak. (Pexels)

Like

Mendidik anak adalah sebuah perjalanan yang menuntut kesabaran dan pemahaman. Salah satu dilema yang sering dihadapi orang tua adalah memilih antara disiplin positif dan hukuman. 

Keduanya tampak seperti cara untuk memperbaiki perilaku anak, namun dampaknya sangat berbeda.


Disiplin Positif: Membangun, Bukan Menghancurkan

Disiplin positif adalah pendekatan mendidik anak yang fokus pada pengembangan karakter positif, membangun hubungan yang kuat, dan memberikan pilihan. 

Tujuannya adalah membantu anak belajar dari kesalahan dan mengembangkan kemampuan untuk mengatur diri sendiri.


1. Fokus pada Perilaku, bukan Pribadi

Disiplin positif tidak menempelkan label negatif pada anak. Misalnya, alih-alih mengatakan "Kamu anak nakal", lebih baik mengatakan "Perilaku menendang teman itu tidak baik."


2. Mengajarkan Keterampilan Hidup

Disiplin positif membantu anak mengembangkan keterampilan seperti pemecahan masalah, empati, dan tanggung jawab.


3. Membangun Hubungan yang Kuat

Dengan disiplin positif, orang tua dan anak dapat membangun hubungan yang saling percaya dan menghormati.


Baca Juga: Pengin Punya Anak Nurut Sejak Dini, Ini Tipsnya!


Hukuman: Efek Samping yang Merugikan

Hukuman, baik fisik maupun verbal, seringkali digunakan sebagai cara cepat untuk menghentikan perilaku yang tidak diinginkan. Namun, hukuman memiliki efek samping yang merugikan bagi perkembangan anak:
  1. Merusak Hubungan: Hukuman dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak, membuat anak merasa tidak aman dan tidak dicintai.
  2. Menimbulkan Rasa Takut: Anak yang sering dihukum akan merasa takut dan tidak berani mengungkapkan perasaan mereka.
  3. Tidak Efektif dalam Jangka Panjang: Hukuman hanya menekan perilaku buruk sementara, tetapi tidak mengajarkan anak bagaimana berperilaku yang lebih baik.
  4. Dapat Memicu Perilaku Agresif: Anak yang sering dihukum cenderung meniru perilaku agresif orang tuanya.