Awas Implusive Buying, Beli Barang Tanpa Pikir Panjang!

Ilustrasi Impulsive Buying (sumber gambar: Canva)

Ilustrasi Impulsive Buying (sumber gambar: Canva)


Be-emers, siapa yang punya kebiasaan membeli barang tanpa pikir panjang? Atau melakukan kegiatan belanja hanya untuk melepas stres tetapi dengan membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan? Bisa jadi kamu terkena sindrom impulsive buying nih. 

Impulsive buying atau pembelian impulsif adalah perilaku membeli barang atau jasa secara spontan dan tanpa perencanaan sebelumnya, sering kali dipicu oleh dorongan sesaat atau keinginan yang muncul secara tiba-tiba.

Pembelian impulsif biasanya terjadi tanpa pertimbangan matang, dan sering kali seseorang membeli barang yang tidak benar-benar dibutuhkan atau direncanakan sebelumnya.

Beberapa faktor dapat menyebabkan seseorang menjadi impulsif saat berbelanja. Impulsivitas dalam berbelanja sering kali terkait dengan emosi, kebiasaan, atau bahkan strategi pemasaran yang digunakan oleh toko atau brand.
 

Alasan Implusive Buying yang Mesti Kamu Waspadai

Berikut beberapa alasan yang umum:

1. Pengaruh Emosi

Ketika seseorang merasa bahagia, stres, atau tertekan, mereka dapat berbelanja untuk mencari kenyamanan atau kebahagiaan sesaat. Aktivitas berbelanja bisa memberikan perasaan senang atau mengurangi kecemasan, meskipun hanya sementara.

Banyak orang yang berbelanja sebagai cara untuk melampiaskan emosi negatif seperti stres atau frustasi. Aktivitas membeli barang bisa memberi rasa kontrol atau kebahagiaan sesaat yang menyamarkan perasaan tidak nyaman.

 

2. Pemasaran dan Iklan

Ketika melihat penawaran seperti "Diskon besar-besaran!" atau "Beli 1 Gratis 1!" bisa menciptakan rasa urgensi yang mendorong seseorang untuk membeli barang, meskipun mereka tidak benar-benar membutuhkannya.

Be-emers tahu nggak nih kalau iklan dan strategi pemasaran memanfaatkan psikologi konsumen, seperti menampilkan produk dengan cara yang menarik atau menawarkan kemudahan dalam berbelanja (misalnya, "Beli sekarang, bayar nanti") dapat menggugah keinginan untuk membeli secara impulsif.
 

3. Kebiasaan dan Lingkungan

Toko yang dirancang dengan cara yang memanjakan indera, seperti tata letak yang estetik dengan musik yang menyenangkan, pencahayaan yang bagus, atau pengaturan produk yang menggoda, bisa merangsang keinginan untuk membeli.

Selain itu terkadang orang berbelanja impulsif karena merasa terpengaruh oleh teman, keluarga, atau tren sosial.

Jika orang lain membeli sesuatu, ada dorongan untuk mengikuti, terutama dalam budaya yang mengedepankan penampilan atau status.
 

4. Kurangnya Pengelolaan Keuangan

Seseorang yang kurang memiliki kebiasaan pengelolaan uang yang baik atau tidak punya anggaran bisa lebih mudah tergoda untuk berbelanja secara impulsif.

Ketika tidak ada perencanaan keuangan yang jelas, godaan untuk membeli barang yang tidak diperlukan menjadi lebih besar.

Ditambah saat ini untuk melakukan transaksi pembayaran semakin mudah, seperti kartu kredit atau sistem pembayaran online yang cepat, bisa mendorong orang untuk membeli tanpa berpikir panjang.
 

5. Perasaan Kekurangan atau Keinginan untuk Memiliki Lebih

FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut kehilangan kesempatan untuk memiliki sesuatu, terutama jika barang tersebut terbatas atau sedang populer, bisa membuat orang cenderung membeli tanpa berpikir. Keinginan untuk selalu "update" atau tidak ketinggalan zaman dapat memicu impulsivitas.

Keinginan untuk memiliki sesuatu sekarang juga, tanpa menunggu atau merencanakan, sering kali muncul ketika seseorang merasa bahwa membeli sesuatu akan memberi mereka kepuasan langsung.
 

6. Gaya Hidup dan Identitas

Beberapa orang mungkin berbelanja untuk membentuk atau mengekspresikan identitas mereka, seperti membeli pakaian, gadget, atau aksesori yang mereka rasa dapat meningkatkan status atau citra diri mereka di mata orang lain.

Berbelanja bisa menjadi cara untuk mendapatkan perhatian atau pengakuan dari orang lain. Kadang, orang membeli barang bukan karena mereka membutuhkannya, tetapi karena mereka ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka memiliki sesuatu yang baru atau berharga.
 

7. Ketidaksadaran atau Kurangnya Pertimbangan

Kadang-kadang, orang hanya membeli sesuatu karena mereka melihatnya dan merasa tertarik tanpa benar-benar berpikir tentang apakah barang tersebut diperlukan atau sesuai dengan anggaran mereka.

Atau bisa juga karena rasa ingin mencoba sesuatu yang baru, seperti tren mode atau gadget terbaru, yang akhirnya memicu pembelian impulsif.

 

Ilustrasi Impulsive Buying yang endingnya sering bikin pusing/Canva

Ilustrasi Impulsive Buying yang endingnya sering bikin pusing/Canva