Nilai Sumpah Pemuda di Era Digital, Masih Relevan Enggak Sih? 

Ilustrasi pemuda merayakan kemerdekaan (Foto Freepik.com)

Ilustrasi pemuda merayakan kemerdekaan (Foto Freepik.com)


28 Oktober tentu bukan lagi hari yang asing untuk kita. Hari yang baru saja kita lalui. Hari di mana kita menemui banyak unggahan dengan tema perjuangan dan semangat pemuda. Kemudian caption,“Bersatu dan Bergerak untuk Indonesia” berseliweran, lagu “Bangun Pemuda Pemudi” muncul di TikTok, dan banyak yang bikin konten tentang makna Sumpah Pemuda.

Namun, dibalik itu semua, muncul pertanyaan yang cukup menggelitik. Apakah sumpah pemuda hari ini hanya sekadar euforia peringatan saja?

Apakah di zaman yang serba digital hari ini, nilai-nilai yang ditanamkan oleh pahlawan bangsa masih relevan? Atau jangan-jangan ini hanya sekadar semangat di sosial media dengan beragam desain postingan?
 

Nilai Sumpah Pemuda di Era Digital, Masih Relevan Enggak Sih? 

Yuk, kita bahas satu-satu tentang nilai-nilai sumpah pemuda, biar semangatnya tetap menyala!


Nilai 1: Persatuan di Tengah Polarisasi

Kalimat pertama Sumpah Pemuda berbunyi,

“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia".


Maknanya sederhana tapi mendalam, tentang persatuan.


Di era digital, persatuan diuji lewat dunia maya. Kita hidup di ruang yang penuh opini, sering kali tanpa filter empati. Polarisasi mudah saja terjadi, muncul tim pro vs kontra, kiri vs kanan, bahkan fandom artis A melawan fandom artis B dan lainnya.

Disinilah nilai sumpah pemuda mengajarkan kita bahwa perbedaan bukan alasan untuk saling menjauh, tapi kesempatan untuk saling memahami.

Perbedaan itu wajar, justru rasanya aneh jika hidup tanpa perbedaan. Tapi disinilah seninya bahwa dengan pro-kontra itu, kita punya satu ruang yang namanya “Bersatu” dan menjaga ruang itu tetap sehat dengan menghargai setiap pandangan yang berbeda tanpa menjatuhkan.
 

Nilai 2: Semangat Belajar dan Betumbuh

Dulu, para anak muda rela merantau dari daerah masing-masing ke satu tempat tujuan untuk menuntut ilmu. Mereka berdiskusi dan saling bertukar gagasan. Dengan satu tekad dan berbekal kesadaran bahwa, untuk menjadi bangsa yang besar, maka ia dibangun lewat pengetahuan.

Sekarang, kita punya banyak platform untuk belajar dan betumbuh, mulai dari YouTube, podcast edukatif, ribuan kursus gratis online dan lainnya. Tapi ironisnya, banyak dari kita justru lebih sering terjebak pada konten yang enggak ada nilai tambahnya.

Dari nilai sumpah pemuda kita mengetahui, bahwa belajar itu bentuk perjuangan modern. Ini bukan hanya soal akademik, tapi juga belajar memahami diri sendiri, menghargai orang lain dengan berbagai kondisinya dan belajar menciptakan sesuatu yang bermanfaat.