5 Ciri Utang Sehat yang Harus Dipahami Agar Hidup Tenang

Memahami ciri utang yang sehat [Freepik]

Memahami ciri utang yang sehat [Freepik]


Beberapa hari terakhir, jagat maya diramaikan dengan fenomena debt collector yang kian tak segan menagih utang dengan praktik kekerasan.

Melansir akun Instagram polisi_indonesia, aparat penegak hukum menunjukkan komitmen nyata bebersih tindak tanduk mata elang yang meresahkan masyarakat itu.

Berawal dari Kalibata yang membara, tertangkapnya debt collector di Depok, Jambi, hingga upaya kepolisian menyapu aplikasi matel yang ternyata berpusat di Gresik, Jawa Timur. Mengutip web Tribratanews, Polres Gresik telah menetapkan 4 orang sebagai tersangka karena menyebarkan 1,7 juta data pribadi nasabahnya.

Dari lubuk hati terdalam, saya berpikir: separah itukah habit orang Indonesia berutang sehingga DC menyebar di segala penjuru Tanah Air?


5 Ciri Utang yang Sehat dalam Keuangan

Be-emers, selama ini konotasi utang selalu negatif ya. Padahal kalau mau diselami lebih dalam, sebenarnya ada juga utang yang sehat jika kita memahami caranya.

Sesuai namanya, berutang sehat dilakoni dengan bijak. Kalau sudah begini, enggak perlu sulit tidur karena dikuntit debt collector karena telah mengetahui batasannya. Melansir web Bank Sinarmas dan sumber tambahan lain, ini cirinya:



1. Digunakan untuk Tujuan Produktif

Pertama adalah berutang untuk sesuatu hal yang produktif. Mengamati fenomena sekitar, kebanyakan orang dekatku berutang untuk hal yang sebenarnya bisa ditunda hingga uang terkumpul.

Contoh utang produktif misalnya pembelian besar seperti hunian tinggal mengingat harga rumah semakin hari semakin tinggi.

Meminjam modal untuk keperluan usaha dan membeli laptop demi kebutuhan bekerja juga bisa dikategorikan sebagai utang produktif.


2. Rasio Cicilan Terkendali

Hal ini yang kerap luput dari perhatian, ketahui pasti rasio cicilan sebagai wujud keuangan senantiasa sehat.

Hasil mengobrol dengan financial planner Melvin Mumpuni ketika liputan lapangan beberapa tahun lalu, persentase utang sebaiknya tidak melebihi 30 persen dari penghasilan bulanan kamu.

Misalnya gaji sebulan A sebesar Rp 6 juta, maka cicilan yang A miliki tidak boleh melebihi Rp 1,8 juta setiap bulannya.
 

3. Tahu Kapasitas Membayar

Ciri lain adalah kala kita mengetahui seberapa besar sih kapasitas diri kita membayar sesuatu yang karena satu dan lain hal harus kita cicil.

Apakah kamu bisa tidur tanpa memikirkan besaran cicilan? Apakah cicilan itu selalu bisa dibayar tepat waktu setiap surat tagihan datang? Adakah momen kamu mampu membayar utang melebihi pembayaran minimum (minimum payment)? Kalau semua jawabannya adalah ya, artinya kamu berada di track yang tepat.