Pelaku Ekonomi Kreatif Perlu Belajar Krisis dan Digital

Tanpa digitalisasi, kerajinan logam buatan pengrajin logam Kotagede bernilai seni tinggi ini tidak bisa akan dikenali banyak orang (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

Tanpa digitalisasi, kerajinan logam buatan pengrajin logam Kotagede bernilai seni tinggi ini tidak bisa akan dikenali banyak orang (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

Like

Pelajaran dari setiap krisis yang terjadi adalah pelaku usaha dituntut harus selalu berinovasi. Bagi beberapa pelaku usaha, krisis bukan sekedar meratapi ketidakpastian keadaan yang bisa mengancamnya.

Namun, bisa juga cerita tentang untuk bagaimana bisa bertahan, terus berinovasi dan menjadi pemenang dalam menghadapi krisis yang terjadi. Semua sektor usaha saling bercerita, dirinya paling terdampak akibat pandemi Covid-19. Salah satu strategi umum untuk menghadapi krisis seperti saat ini bukan lagi kalau harus masuk ke dunia digital.

Memasuki dunia digital juga bukan perkara yang mudah. Pelaku usaha harus belajar tentang digital yang penuh kompleksitas. Mulai dari cara memasuki pasar, membuat konten yang menarik hingga melayani fast respon untuk memuaskan keinginan konsumen.

Hal tersebut tercermin dari pengelola Nursih Basuki Art Studio Kotagede, sebuah studio seni kriya logam yang berlokasi di Kotagede Yogyakarta. Studio tersebut membuat berbagai macam kerajinan logam seperti logo kuningan dan tembaga, garuda pancasila logam, kaligrafi logam, ornamen, relief, patung kuningan dan tembaga, replika pintu nabawi kuningan hingga kerajinan logam kuningan dan tembaga yang hanya diproduksi secara custom/ pre order.

Sebelum pandemi datang, mereka melayani konsumennya secara konvensional. Namun setelah datang, mereka bergegas untuk beralih orientasi ke digital.


Digitalisasi menurut pengelola Nursih Basuki Art Studio, sebenarnya susah-susah gampang. Namun, selama pandemi ini datang, peran digitalisasi sendiri dirasa turut membantu tim pengrajin di studio tersebut.

Bagi para pengrajin yang saat ini berkolaborasi di Nursih Basuki Art Studio, krisis seperti ini bukanlah yang pertama. Pengalaman puluhan tahun, mengantarkannya melewati krisis ekonomi politik 1998, krisis ekonomi 2008 dan kini krisis akibat pandemi Covid-19 di tahun 2020.

Perbedaan yang mendasar adalah, perkembangan zaman yang maju serta dapat membantu pengrajin logam melayani konsumennya. Kini konsumen yang ingin mencari dan memesan kerajinan logam di Nursih Basuki Art Studio dibuat praktis dan lebih mudah.

Tidak perlu datang ke Kotagede Yogyakarta. Konsumen cukup melihat kerajinan melalui platform media sosial mereka, lalu konfirmasi lewat WhatsApps, selanjutnya kerajinan-kerajinan logam akan dibuat dengan kualitas yang sama, dan tentunya tidak pernah mengecewakan.

Krisis dan digital memang berkaitan erat saat ini. Namun, kita juga jangan gagap menghadapi krisis apalagi digital. Kita harus memahami keduanya dengan tepat, dan jadikan momentum untuk belajar memanfaatkan peluang dengan optimal.

Kita bisa belajar pada literasi-literasi digital di Google, bahkan mengikuti pelatihan online yang bermanfaat yang begitu banyak dilakukan saat ini. Bagi pelaku usaha pemula, lebih baik jangan tergesa-gesa dengan target yang terlalu tinggi.

Soalnya, bisa melewati krisis akibat pandemi ini saja adalah target yang paling berat. Jadi, lakukan yang terbaik saja untuk bertahan dengan memanfaatkan digital.