Indra Rudiansyah, Pemuda Indonesia Ikut Terlibat Dalam Terciptanya Vaksin AstraZaneca

Indra Rudiansyah, WNI yang ikut serta dalam penelitian dan pembuatan Vaksin AstraZeneca. University Oxford, Inggris.

Indra Rudiansyah, WNI yang ikut serta dalam penelitian dan pembuatan Vaksin AstraZeneca. University Oxford, Inggris.

Like

Balakangan, seorang pemuda yang berinisial IR menjadi sorotan warganet. IR alias Indra Rudiansyah kini menjadi sorotan, karena ia menjadi salah satu orang di balik layar untuk menciptakan Vaksin Covid-19.

Indra Rudiansyah adalah mahasiswa asal dari Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S3 di Oxford. Indra juga meruapkan penerima beasiswa LPDP program doctoral pada Clinical Medicine.

Seperti yang diketahui, University of Oxford turut menjadi bagian dalam pengembangan vaksin covid-19 yang diteliti oleh University of Oxford.

Nah, Indra Rudiansyah adalah mahasiswa Universitas Oxford yang bertugas di bawah naungan tim Jenner Institute pimpinan Profesor Sarah Gilbert, Ilmuwan Inggris yang mendapat standing ovation saat hadir di laga pembuka kejuaraan tenis akbar Wimbledon 2021. Tim Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group bekerja sama menguji vaksin virus corona di Pusat Vaksin Oxford sejak 20 Januari 2020.

Indra Rudiansyah bergabung karena awalnya lab penelitian kekurangan orang dan membutuhkan tenaga bantuan.
 

Keikut sertaan Indra Rudiansyah di Proyek Riset & Pengembangan Vaksin COVID-19

Awalnya, Indra memulai perjalananya melalui PhD sebagai mahasiswa program DPhil in Clinical Medicine di Oxford pada tahun 2018. Tugas utamanya adalah mendesain berbagai jenis kandidat vaksin malaria serta melakukan uji coba ke hewan (uji praklinis).


Pada saat itu, Covid-19 ini semakin tinggi, namun ketika pemerintah Inggris memberlakukan kebijakan lockdown untuk memperlambat penyebaran COVID-19, penelitian Indra terpaksa terhenti. Proyeknya mengalami hiatus selama 6 bulan dari Maret hingga Juli. Ia hanya bisa melakukan pertemuan, diskusi jurnal, dan progres riset secara virtual. setelah itulah Indra menyambut kesempatan untuk bergabung di tim riset dan pengembangan vaksin COVID-19.

Kebetulan Indra telah memiliki sertifikasi Human Tissue Authority (HTA) dan Good Clinical Practice (GCP), berhubung 2 sertifikasi tersebut wajib ia miliki untuk bisa melakukan uji klinis (uji coba terhadap manusia) vaksin malaria.

“Karena saya punya sertifikasi untuk bekerja dengan sampel manusia, saya mendapat tugas di bagian imunologi untuk melakukan uji klinis vaksin COVID-19,” jelasnya, dilansir dari hotcoursesi Indonesia.

Dalam tim tersebut, Indra berperan dalam tahapan uji klinis untuk melihat antibody response dari para volunteer yang sudah divaksinasi. Semenjak bergabung pada awal Mei 2020, Indra telah menghabiskan waktu rata-rata 10 jam di laboratorium setiap harinya Keterlibatannya dalam tim tersebut menjadi pengalaman berharga karena dihadapkan dengan begitu banyak tantangan.

Indra menyampaikan, "Ada ratusan peneliti yang bekerja. Sumber daya yang besar ini bertujuan agar vaksin segera bisa dikembangkan dengan cepat. Biasanya, untuk mendapatkan data uji klinis vaksin fase pertama dibutuhkan waktu hingga lima tahun, tapi tim ini bisa menyelesaikan dalam waktu enam bulan."

Sebelum melanjutkan studi di University of Oxford, Indra pun sempat menjadi peneliti pada perusahaan BUMN yang bergerak di bidang farmasi.