Ramai Perusahaan Boikot Iklan di Facebook, Gimana Nasib Bisnis Mark Zuckerberg Ini?

Facebook Illustration - Canva

Facebook Illustration - Canva

Like

Sejak di penghujung Juni 2020 kemarin, ramai perusahaan memilih untuk menarik iklannya di platform media sosial terbesar di dunia, Facebook Inc. Hal ini mencuat ketika Unilever dan Coca Cola memutuskan buat memboikot iklannya di media sosial milik Mark Zuckerberg itu.

Dengan munculnya gerakan “Stop Hate for Profit”, pemboikotan tersebut kemudian semakin meluas. Setidaknya nih, sudah ada lebih dari 300 perusahaan yang ikut melakukan aksi ini lho, Be-emers.

Bahkan dilansir dari CNN, dari 25 pengiklan terbesar di Facebook, dikabarkan Microsoft, Starbucks, dan Pfizer juga akan melakukan aksi yang sama dengan Unilever. Padahal, menurut data yang ada, 25 perusahaan tersebut sudah cukup menyumbang hampir 3 persen dari pendapatan Facebook di 2019.

Gerakan boikot secara massal ini berawal dari adanya konten ujaran kebencian yang beredar di Facebook. Namun, dari pihak Facebook Inc sendiri justru dinilai belum serius dalam menangani masalah ini.

Selain itu, pemboikotan itu mulai muncul sejak adanya surat terbuka dari Anti-Defamation League (ADL) yang meminta perusahaan besar buat menghentikan bisnisnya dengan Facebook. ADL menilai, Facebook justru sudah jadi pusat kebencian dan hoax.
 

Nasib Mark Zuckerberg

Diketahui, aksi ini membawa kekayaan Mark Zuckerberg menyusut hingga US$7,2 miliar. Selain itu, dilansir dari Bisnis.com, saham Facebook dikabarkan turun hingga 82,3 persen pada Jumat (27/5) lalu.


Terjunnya saham Facebook Inc., membuatnya kehilangan US$56 miliar dari nilai pasar saham. Selain itu, peringkat CEO Facebook juga telah turun ke posisi keempat dalam daftar orang terkaya di dunia.
 

Follow Up dan Nasib Facebook

Meski begitu, Mark rencananya bakal ketemu sama sejumlah kelompok sipil yang mengorganisir aksi tersebut. Hal itu sebagai follow up dari tanggapannya terhadap kritik yang makin menguap ini.

Enggak hanya itu, dilansir dari The New York Times, Facebook juga kan menandai setiap konten berisi politik yang bermasalah dan bakal memperluas kebijakannya buat menindaklanjuti konten dengan ujaran kebencian.

Facebook Inc juga bakal mendorong para pemakainya untuk mengecek kembali pusat informasi yang valid. Hal itu dilakukan sebagai upaya mengurangi beredarnya hoax.

Adapun di sepanjang kuartal I/2020, dari data The New York Times, Facebook telah mengumpulkan hingga US$17 miliar lebih pendapatan dari iklan. Meski lagi ditinggal sama para perusahaan besar, media sosial ini tetap masih diandalkan sama pelaku bisnis skala kecil dan menengah (UMKM).