Cara Cerdas Mengelola Keuangan Milenial

Cara Ceradas Mengelola Keuangan Milenial (Dokpri)

Cara Ceradas Mengelola Keuangan Milenial (Dokpri)

Like

Di usia yang masih sangat muda, kamu lulus dari perguruan tinggi, mendapatkan pekerjaan dan kamu mulai mendapatkan gaji. Untuk milenial, mengelola keuangan bukanlah hal yang susah jika memperhatikan hal-hal ini.

Hebatnya, ada milenial usia 23 tahun sudah punya posisi yang mapan sebagai CEO sebuah start-up. Dengan kerja kerasnya, pasti dia bisa mengumpulkan banyak uang dari penghasilannya setiap bulan.

Namun, beberapa CEO muda yang sudah bisa menghasilkan uang begitu besar, kurang memperhatikan untuk mengatur keuangan untuk masa depannya.

Seringkali mereka terjebak dengan persepsi,  “usia masih muda, masih lama untuk menabung dan berinvestasi, lebih baik menikmati yang ada lebih dulu".

Akibatnya ketika tiba-tiba posisi CEO itu lepas atau perusahaan terpaksa ditutup, tak ada tabungan yang mencukupi untuk kebutuhan selama dia menganggur.


Saat itulah para milenial baru teringat bahwa seharusnya mulai mengatur keuangan lebih cepat dibandingkan dengan orang lain.

Baca Juga: Milenial dan Gen Z Dominasi Pasar Saham, Yuk Mulai Investasi Saham

Prinsip yang penting yang harus diketahui:
  • Usia 20 an, Anda harus lepas dari keuangan orangtua
  • Usia 30 an, Anda harus lepas dari kenyamanan keuangan
  • Usia 40 an, Anda harus lepas dari hutang-hutang yang kita miliki


Mau Merdeka Finansial, Hindari Hal Ini


Kalau kamu mau merdeka finansial di masa yang akan datang, sebaiknya kamu harus memperhatikan hal-hal di bawah ini.


1. Lebih banyak pengeluaran dari pemasukan


Sering mendengar “Lebih besar pasak daripada tiang”, pengeluaran kamu lebih banyak dari pendapatan.  Sebelum mengeluarkan dana, hitung dulu pendapatanmu, lalu alokasikan pengeluaran berdasarkan jumlah pendapatan.


2.Tidak memperhatikan keuangan


Banyak pos pos pengeluaran yang selalu dianggap penting membuat orang sering terjebak untuk mengambil hutang yang sebenarnya lebih besar dari pendapatan .Akibatnya jika kita tidak punya tujuan keuangan maka buruklah pengeluaran uang .


3.Tidak memiliki dana darurat


Menganggap usia 20an masih muda, jika kena PHK mudah mendapatkan pekerjaan. Ternyata fakta di lapangan tidak semudah itu. 

Bisa jadi bertahun-tahun Anda tidak mendapatkan pekerjaan karena jumlah saingan dan permintaan tenaga kerja makin sedikit. Pikirkan dana darurat sebesar 12 kali gaji untuk mengcover jika terjadi PHK.

Baca Juga: Ini 3 Cara Oke Biar Milenial Bisa Beli Rumah


4. Tidak memanfaatkan waktu untuk kerja sampingan


Anggapan waktu bekerja di perusahan sudah cukup menyita waktu sehingga tak perlu cari kerja sampingan.   Kerja sampingan dapat dilakukan pada hari tertentu misalnya Sabtu/Minggu/Libur. 

Kerja sampingan sebagai penambah pundi-pundi kita dan bahkan menambah portofolio yang dianggap penting saat ini.


5. Menunda menabung untuk pensiun


Anggapan pensiun masih lama, 30 tahun lagi.  Apakah Anda pernah terpikir untuk pensiun dini?  Nah jika pensiun dini, perlu persiapan yang matang juga sejak dini.

Tabungan yang dilakukan sejak dini, makin besar tabungannya sehingga tak terasa ketika saat pensiun tiba, kita sudah punya uang cukup besar untuk pensiun. Kebalikannya jika belum mulai menabung, kita akan sulit mencari dana tiba-tiba dalam jumlah besar.


6. Mendahulukan melunasi hutang yang salah


Jika kita memiliki dua utang misalnya utang rumah dan utang mobil. Utang yang mana yang harus dilunasi lebih dulu? Pertanyaan awal harus dijawab dengan hutang dengan bunga yang tinggi yang harus dilunasi lebih dulu.  

Jangan salah langkah, biasanya kita ingin cepat hutang yang besar kita lunasi sementara utang dalam jumlah kecil kita tidak lunasi. Bukan dilihat dari jumlah maupun tenor tetapi dari suku bunga yang diterapkan.


7. Berutang untuk barang mewah


Siapa yang suka ambil hutang kartu kredit atau paylater untuk pembelian barang mewah seperti handphone dengan merek terbaru? Padahal kita sudah memiliki handphone yang masih cukup bagus.  

Mungkin juga sering ganti mobil yang sesuai dengan gaya hidup. Barang-barang mewah ini tidak punya nilai investasi tetapi sebaliknya jadi beban karena kita harus bayar besar tanpa ada nilai tambah yang kita miliki.

Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.