Ulang Tahun Ke-43, Ini Sejumlah Tantangan, Pencapaian, dan Rencana Bursa Efek Indonesia

Trade Illustration - Canva

Like

Hari ini (10/8), merupakan peringatan 43 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia. Sejak dibuka kembali oleh Presiden Soeharto pada 10 Agustus 1977, Bursa Efek Indonesia (BEI) kala itu masih terdiri dari Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Berulang tahun hari ini, dikutip dari IDX Channel, BEI pun merayakannya dengan mengusung tema “Meningkatkan Stabilitas Pasar Modal pada Era New Normal”. Perayaan itu pun dilakukan secara virtual dengan konferensi pers dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Self-Regulatory Organization (SRO), serta sambutan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Sudah kepala 4, apa saja asam-manis dan rencana selanjutnya yang akan dilakukan BEI?

Baca juga: Selamat Ulang Tahun Ke-43 BEI! Intip Yuk, Sejarah Pasar Modal di Indonesia
 

Tantangan dan Pencapaian BEI

Diketahui, selama 43 tahun eksistensinya sebagai pasar modal di Indonesia, BEI telah mengalami banyak pasang-surut kinerja. Sejak bergabungnya Bursa Efek Surabaya, dan berganti menjadi Bursa Efek Indonesia pada November 2007, perkembangan pasar modal di Indonesia semakin berkembang.

Hingga awal Agustus 2020, terdapat lebih dari 700 emiten yang telah melantai di BEI. Dari catatan Bisnis, hingga semester I/2020, total investor pun sudah meningkat 17,55 persen dari tahun sebelumnya dengan total 2,92 juta Single Investor Identification (SID).


Di sisi lain, tak bisa dipungkiri, sejumlah tantangan juga kerap kali dihadapi BEI. Seperti pada saat krisis moneter di tahun 1998, dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok secara drastis ke level paling rendah, yakni 253,83.

Kini, pasar modal Indonesia kembali harus menghadapi tantangan seiring hadirnya pandemi Covid-19, yang notabene mengganggu kinerja ekonomi secara global. Belum lagi, adanya resesi yang menyerang, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkoreksi hingga 5,32 persen di kuartal II/2020.

Meski begitu, menurut BEI, demand investasi di pasar modal masih cukup tinggi. Hal itu terlihat dari meningkatnya jumlah rerata harian investor ritel saham yang meningkat 82,4 persen, berdasarkan transaksi yang dilakukan dari Maret hingga Juli 2020.

Sedangkan rata-rata nilai transaksi harian (RBTH) di bursa mencapai Rp7,67 triliun per hari hingga Juli 2020. BEi pun menyatakan kalau angka rata-rata frekuensi perdagangannya merupakan yang tertinggi di antara bursa lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Meski IHSG pekan kemarin (7/8) masih tercatat di zona merah, tapi IHSG pernah mencatatkan level tertingginya lho. Tepatnya di tahun 2018 lalu, IHSG menembus rekor dengan berada di level 6.689.

 

Bursa Efek Indonesia - Image: Bisnis - Eusebio Chrysnamurti

 

Langkah BEI Selanjutnya

Diketahui, sejak akhir Juli 2020, BEI tengah merencanakan sejumlah langkah untuk membenahi pasar modal. Hal ini tentunya bertujuan buat meningkatkan kenyamanan investor dan memacu kinerja para emiten.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Hasan Fawzi, dikutip dari Bisnis.com, mengatakan bahwa pihaknya tengah menyiapkan sejumlah program baru. Program tersebut di antaranya adalah papan khusus dan dan sistem electronic Initial Public Offering (e-IPO).

Bersama OJK, pihak BEI akan mematangkan konsep dan pengembangan dari papan khusus tersebut. Papan ini nantinya akan menggunakan metode perdagangan periodik call auction untuk menyelesaikan maslah likuiditas, volatilitas, serta price discovery.

Papan pemantauan khusus ini digadang-gadang akan menjadi naungan bagi saham dengan harga terendah, yakni Rp50 (saham gocap). Adapun, saat ini, BEI sudah memiliki 3 papan pencatatan yakni papan utama, papan pengembangan, dan papan akselerasi.

Sementara itu, bertepatan dengan ulang tahunnya, e-IPO pun sudah mulai dikenalkan hari ini lho. Namun, implementasi e-IPO ini baru akan dimulai pada Januari 2021 mendatang.