Be-emers, mengenai
fatherless ini, penulis pernah mengikuti seminar Character Building tentang pendidikan anak, yang diadakan di tempat kerja penulis. Pengisinya adalah ahli pendidikan anak, yang menempuh S2 di Amerika Serikat.
Salah satu kalimat bijak pengisi seminar tersebut adalah “Mungkin kita tidak bisa memilih suami untuk kita, tetapi kita bisa memilihkan sosok ayah terbaik untuk anak kita.”
Nah, ngena (atau bahasa sekarangnya relate) kan? Jadi, baik kita sudah menjadi ibu, atau baru mau menjadi calon ibu, sudah menjadi ayah, atau baru mau menjadi calon ayah, fokus utama kita adalah anak kita, generasi penerus kita.
Fatherless di Indonesia
Sayangnya, Indonesia, berdasarkan berita viral di berbagai media online, termasuk negara fatherless peringkat ketiga di dunia. Duh, lumayan ya.
Membaca dan menyimpulkan dari berbagai sumber, fatherless dapat diartikan sebagai ketidakhadiran ayah bagi anak baik secara fisik, contohnya ditinggal pergi kerja ke luar kota atau luar negeri, atau pun secara fisik ayah hadir tetapi tidak memperhatikan anak secara fisiologis.
Artinya semua kepengurusan anak diserahkan ke pihak ibu. Mengutip informasi yang disampaikan oleh Husein Ja'far dari YouTube-nya “Jeda Nulis” dari survey Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dari total seluruh ayah yang ada di Indonesia, hanya ada setengah dari jumlah ayah tersebut yang mau memberikan waktunya di atas satu jam untuk anaknya.
Baca Juga: Fenomena Fatherless: Apa yang Terjadi Ketika Anak Kehilangan Figur Ayah?
Yang lain berada di bawah satu jam. Satu jam itu pun digunakan untuk menemani anak menonton acara di ponsel.
Masih menurut informasi tersebut, lalu hanya ada seperempat dari total ayah dan ibu yang ada di Indonesia yang mau secara langsung mengasuh anak, yang berarti sisanya diserahkan ke asisten rumah tangga. Padahal, anak butuh kehadiran sosok ayah dan ibu, baik secara fisikal, spiritual, maupun emosional.
Dampak Fatherless
Ada banyak juga informasi yang dibahas secara detail di berbagai media mengenai dampak fatherless bagi anak, antara lain anak-anak menjadi kehilangan figur ayah dan kekurangan kasih sayang ayah
Menurut beberapa psikolog dan psikoterapis, ketidakketerlibatan ayah pada anak juga dapat berdampak pada penurunan prestasi anak baik di sekolah maupun di masyarakat, memburuknya relasi anak dengan orang lain, bahkan lebih parahnya bisa menimbulkan kriminal, sek bebas, dan narkoba.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.