Likes
Bukan soal utang, kali ini emiten pelat merah itu terpaksa harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 181 pilotnya. Hal itu semata-mata dilakukan buat menjaga operasional penerbangan.
Bisa dibayangkan sih, adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau karantina wilayah di sejumlah daerah hingga mancanegara, akhirnya berdampak juga ke sepinya pemasukan. Sedangkan GIAA sendiri mesti putar otak buat tetap menjalankan operasionalnya, kayak perawatan pesawat, gaji karyawan, dan sebagainya.
Belum cukup sampai di situ. Penerbangan Haji yang biasanya berkontribusi sekitar 10% buat pendapatan, sekarang Garuda Indonesia harus belajar ikhlas melepaskannya nih, Be-emers.
Alternatif Cuan dari Kargo dan Charter
Nah di satu sisi, Garuda Indonesia, sebagai salah satu maskapai komersial di Indonesi, juga mesti bersiap buat menghadapi kebijakan new normal. Makanya, emiten yang sempat masuk jajaran 10 besar maskapai top dunia tahun 2014 itu memilih buat cari alternatif cuan lewat kargo dan chater.
Garuda Indonesia di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara -
Foto: Bisnis/Dedi Gunawan
Garuda Indonesia Group, lewat lini usahanya PT Aerojasa Cargo, akhirnya meluncurkan aplikasi layanan pengiriman barang yaitu KirimAja. Aplikasi ini bakalan mengirim barang ke wilayah yang dilayani Garuda Indonesia dan Citilink.
Khusus buat di area Jabodetabek, layanannya bakal didukung dari Aerojasa Cargo. Dilansir dari Bisnis.com, penerbangan cargo bisa kasih kontribusi sekitar 7% ke pendapatan.
Baca juga: Pengemudi Grab Dapat Restrukturisasi Kredit dan Penundaan Biaya Rental Nih
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.