Hari valentine sebentar lagi. Be-emers dan semua orang yang selalu memikirkan cuan, termasuk penulis, pasti berpikir untuk berbisnis. Benar kan? Lumayan, momen penting, daripada dilewatkan begitu saja.
Tapi, alih-alih hanya sekedar menjual produk musiman dan tanpa perencanaan, lebih baik kita rencanakan dengan baik. Siapa tahu, bisnis tersebut bisa jadi bisnis berkelanjutan jangka panjang daripada sekedar bisnis musiman seperti momen valentine ini.
9 Persiapan untuk Jualan Musiman di Perayaan Valentine
Berjualan di momen tertentu termasuk pada jualan musiman, Ini 9 persiapan yang mesti kamu lakukan untuk menyambut jualan musiman di perayaan valentine:
1. Pilih item yang akan dijual
Bisa berupa mug, tumbler, boneka, kaos atau pakaian couple, kartu ucapan, lilin valentine atau lilin aromaterapi, hingga kue.
2. Cari data produk yang best selling dan trend
Be-emers bisa mencari data produk yang sedang trend dijual di hari valentine, baik di google trend atau pun di
e-commerce. Di
e-commerce bisa dilihat dari data penjualan. Produk yang laku ribuan, bisa kita anggap sebagai produk
best selling.Baca Juga: Sejarah dan Ide Bisnis Jelang Valentine, Yuk Coba!
3. Manfaatkan sumber daya yang ada
Manfaatkan sumber daya yang ada, baik keahlian misalkan ahli atau sudah menguasai Canva, Adobe Express, atau yang lain untuk membuat desain produk atau untuk mengiklankan.
Selain itu manfaatkan sumber daya fisik yang ada, misalkan sudah memiliki printer sendiri.
Sumber daya yang lain misalnya bisa atau ahli membuat kue, punya mikser dan oven, sehingga bisa berjualan kue.
4. Pilih produk yang siap dijual
Memang seharusnya berbisnis itu menjual produk yang siap jual. Tapi lebih dari itu, usahakan pilih yang paling mudah dan tidak memberi efek trauma.
Misal, memilih bisnis kartu ucapan. Karena, seperti sudah dijelaskan di atas, sudah menguasai Canva, di rumah ada printer, dan sebagainya.
Daripada memilih bisnis kaos couple dengan metode dropship misalnya, kadang barang out stock tapi penjual tidak update, pengiriman terlambat, atau seller sulit dihubungi, dan sebagainya.
Atau juga penulis pernah alami, bisnis makanan dengan cara terima pesanan tetapi makanannya ambil di tempat lain.
Begitu pesanan banyak, ternyata produsen sedang tidak produksi sehingga produk tidak ada, atau produk ada tetapi jauh lebih sedikit daripada jumlah pesanan sehingga kurang, dan produsen tidak mau tahu. Ini akan memberikan efek trauma, karena kita sudah dimarahi pelanggan, tidak jadi cuan lagi.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.