Ilsurtasi perayaan Cap Go Meh di Indonesia (Foto Freepik.com)
Saat pagi hari membuka Whatsapp, seorang teman mengirimkan foto “Lontong Cap Go Meh”. Belum makan, serasa lapar dan teringat kembali makna peringatan dan nilai-nilai dari perayaan Cap Go Meh.
Sebenarnya Cap Go Meh adalah perayaan setelah 15 hari Tahun Baru Imlek. Menurut penanggalan Tionghoa, jatuh pada tanggal 15 bulan pertama dan akhir dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek.
Momen yang sangat meriah ditandai dengan pertunjukkan, tradisi di perbagai tempat di Indonesia.
Indonesia sebagai negara multikultural terbesar di dunia punya struktur masyarakat yang beragam, dari adat istiadat, tradisi, agama hingga etnis.
Etnis Tionghoa adalah salah satunya yang punya banyak tradisi yang tetap dilestarikan.Terutama untuk masyarakat yang sangat dikenal dengan nama Cina Benteng.
Tradisi Cap Go Meh menjadi bagian penting untuk merayakannya di kelenteng Tjo Soe Kong, letaknya di pesisir Utara Tangerang.
Baca Juga: Bukan Sekedar Lontong, Ini Nilai-Nilai Perayaan Cap Go Meh!
Sejarah Cap Go Meh
Perjalanan sejarah Cap Go Meh diawali dari era Dinasti Han (206 SM – 221M). Pada awalnya Cap Go Meh merupaakan hari penghormatan kepada Dwa Thai-yi, dewa tertinggi di langit. Lalu, tradisi ini dilanjutkan ke warga di Tiongkok, Akhirnya masuk ke Indonesia.Ketika memasuki Indonesia terjadilah alkulturasi budaya di beberapa daerah sesuai dengan adaptasinya.
Contohnya Festival Lampion di Singkawang, Kalimatan Barat. Tradisi yang jadi daya tarik wisatawan lokal. Lampion warna warni diterbangkan ke udara menciptakan pemandangan warna warni.
Tatung adalah ritual di Singkawang dan Pontianak saat Cap Go Meh. Tatung menusuk tubuhnya dengan benda tajam untuk penghormatan kepada dewa-dewi.
Kirab naga dan barongsai, suatu pertunjukan naga yang menjadi tradisi yang selalu ada saat Imlek dan Cap Go Meh di berbagai daerah di Indonesia.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.