Be-emers, jika mau kabur, negara mana yang dituju atau tetap pilih tinggal apapun yang terjadi di negeri tercinta ini?
Generasi muda semakin kreatif dalam mengekspresikan diri, seperti tercermin dalam fenomena yang terjadi saat ini. Tagar kabur saja dulu yang semakin viral.
Pada umumnya tagar ini digunakan untuk menggaungkan keinginan bekerja atau studi di luar negeri. Namun, seiring waktu tagar ini semakin menggema dan banyak suara-suara.
Dari perbincangan seputar informasi pekerjaan di luar negeri, les bahasa, beasiswa hingga pengalaman hidup di luar negeri.
Namun, dari perbincangan yang beragam semuanya hampir berbicara mengenai kemarahan dan ketidakpuasan tinggal di Indonesia. Baik sebagai reaksi terhadap kondisi politik juga kondisi ekonomi.
Lebih jauh tagar kabur saja dulu semakin menggema hingga menuai pro dan kontra. Ada yang menganggap hal tersebut sebagai bentuk kritikan terhadap pemerintah agar bekerja lebih baik.
Ada pula yang menanggapi positif mengenai #kaburajadulu, karena nasionalisme seseorang tidak ditentukan di mana ia tinggal tetapi bagaimana ia berkontribusi untuk negara.
Namun, ada pula yang menanggapi dengan kontra hingga nasionalisme personal dipertanyakan.
Bahkan kini ada tagar tandingan yang digaungkan oleh pesohor Rafi Ahmad, mengutip dari suara.com. Menanggapi #KaburAjaDulu, dengan tagar #pergiMigranPulangJuraga.
Namun, sayangnya hal tersebut kembali menuai kritikan karena dianggap tidak peka terhadap keresahan masyarakat.
Seiring tagar tersebut viral, selintas pikiran nyleneh dan penuh candaan membawa Jepang sebagai negara tujuan ketika saya memilih kabur.
Namun, memikirkannya secara seksama, tagar ini menyimpan kegelapan dan kegelisahan tersendiri bagi penulis pribadi.
Kekecewaan terhadap pemerintahan dan kondisi Indonesia serta kegelisahan dan ketidak percayaan diri menghadapi masa depan.
Faktor Penyebab #KaburAjaDulu Berkembang di Media Sosial
Kabur ke luar negeri bukan keputusan main-main, ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan.
Ketidakpuasan dan Frustasi Publik
Be-emers, jika dilihat dari sudut pandang politk, tagar ini merupakan bentuk kritikan terhadap kebijakan pemerintah. Misalnya:
- Kebebasan berpendapat yang terancam.
- Korupsi yang semakin menggila
- Tingginya kesenjangan sosial
- Kualitas birokrasi pemerintahan yang tidak efisien bahkan dinilai mempersulit warga
Keadaan yang menjadi keluhan masayarakat inilah yang kemudian melatarbelakangi fenomena #KaburAjaDulu
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.