Gaya ala Sabuya: Membedakan Ulos dan Pahikung

Model menggunakan Pahikung Vest (Sumber: Instagram Sabuya Room)

Model menggunakan Pahikung Vest (Sumber: Instagram Sabuya Room)


Salah satu keuntungan mengemban ilmu di salah satu universitas di Pulau Jawa adalah terpapar banyak sekali gaya fesyen orang. Maklum, saya adalah perempuan yang lahir dan besar di Tanah Batak. Saya hanya terbiasa melihat ibu menggunakan kebaya dan bapak menggunakan jas dan ulos saat perayaan besar.

Setiap hari perkuliahan, saya memperhatikan banyak sekali teman sekelas dengan status pekerja yang mengikuti kegiatan belajar di malam hari dengan beragam outfit yang keren.

Mata saya selalu tertuju pada mereka yang menggunakan atasan tradisional seperti batik dan tenun, umumnya mereka bekerja di korporasi.

Outfit yang mereka pakai tidak terlalu formal, tapi cocok untuk kegiatan meeting dengan klien, minum kopi di coffee shop pada sore hari hingga presentasi di depan kelas pada malam hari.

Suatu hari, salah satu teman dekat saya menggunakan vest etnik seperti ulos yang sangat stylish dengan pola seperti manusia. Setelah lama memperhatikan, saya memberanikan diri memuji penampilannya.


“Cakep banget vest-nya. Ulos, ya?” tanyaku.

“Bukan, ini pahikung. Baru beli sih, bagus ya?” tanyanya lagi.

Pernyataan ini bukan basa-basi karena saya juga tidak bisa membedakan motif ulos dan kain tenun tradisional lainnya.

“Bagus, beli dimana?” sambungku.

Bagi perempuan masa kini, tampaknya bertukar informasi outfit atau yang biasa disebut spill outfit sudah tidak lazim. Hanya dengan memuji, kami bisa saling bertukar informasi tentang merek, harga bahkan link pembelian produknya.

Saat berselancar di media sosial seperti Insta Story dan Tiktok pun, saya tak sungkan untuk mengirimkan direct message atau komentar menanyakan info tentang outfit mereka.

“Sabuya, nih. Gue beli yang pahikung vest,”

Pahikung? Saya berpikir sebentar. Sembari memintanya untuk mengirimkan link untuk produk tersebut, saya juga mencari tahu tentang pahikung. Berselancarlah saya melalui pencarian web dan menemukan pahikung adalah tenun ikat khas Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sebenarnya, saya sangat asing dengan nama Pahikung. Tapi, saya tahu tentang tenun ikat khas Sumba. Dalam pikiran saya, tenun ikat dan ulos memiliki tampilan yang sama karena sering melihatnya di media sosial.
 

Perbedaan Pahikung dan Ulos

Tapi, ternyata tidak. Dari hasil pencarian saya, ada banyak sekali perbedaan antara tenun ikat khas Sumba dan Ulos Batak yang sering saya lihat. Beberapa perbedaannya adalah:

1. Warna

Ulos memiliki warna yang cukup sederhana, umumnya hanya hitam, merah dan putih. Beberapa ada yang berwarna biru dan ungu, tetapi tidak banyak. Sementara, pahikung terdiri dari banyak warna, selain hitam dan merah, ada hijau, biru dan kaya akan ornament detail dengan simbol tertentu.
 

2. Motif

Ulos memiliki motif yang sangat sederhana, hanya berbentuk garis, kotak dan bentuk geometris dengan kombinasi warna hitam, merah, putih, dan detail kecil berwarna kuning, biru atau ungu. Sementara, pahikung memiliki motif yang biasanya adalah hewan mulai dari buaya, naga hingga manusia.
 

3. Teknik Pembuatan

Teknik songket sederhana yang umum disebut lungsi-pakan adalah teknik pembuatan ulos. Tidak seperti pahikung yang memiliki detail ornament pakan tambahan, teknik pembuatannya adalah tenun ikat dengan pakan tambahan.

Beruntungnya, saya bertanya tentang vest yang dikenakan oleh teman saya. Kalau tidak, mungkin sampai sekarang saya masih tidak tahu perbedaan antara ulos dan pahikung.

Beginilah cara teman saya memperkenalkan budaya lokal melalui fesyen. Gaya ala Sabuya membuat kain etnik tradisional menjadi outfit modern yang bahkan bisa terlihat stylish untuk para pekerja kantoran.