Gaes, Intip Peluang Bisnis Beanbag

Ilustrasi beanbag (Foto: Freepik)

Like

Berawal dari hobi yang sama di bidang dekorasi, mendorong tiga orang sahabat Estie Budi Utami, Cherie Anisa Nuraini, dan Kiki Zakiyatus Sholihah mencoba peruntungan memulai bisnis beanbag pada 2010 dengan mengusung brand Be My Bean.

Pada saat itu, seperti dilansir Bisnis.com, memang belum banyak masyarakat Indonesia yang mengenal beanbag.

Namun di luar negeri, produk yang sempat populer di Amerika pada era 80an tersebut kembali booming sehingga wanita lulusan teknik Arsitektur ITB ini memperkirakan tren tersebut akan booming di Indonesia.

Dari sini, Estie dan kedua sahabatnya ini melihat peluang yang cukup prospektif. Apalagi saat itu belum banyak pemain yang masuk ke dalam bisnis beanbag tersebut.

Beanbag sendiri merupakan karung besar yang berisi butiran styrofoam sebesar kacang. Secara fungsional, beanbag merupakan tempat duduk yang fleksibel untuk bersantai karena bentuknya yang dapat mengikuti lekuk tubuh.


Selain itu, dengan bentuk yang unik, ringan, dan cukup dekoratif menjadikan beanbag chair menjadi salah satu elemen interior untuk mempercantik ruangan.

“Kami memulai usaha ini dengan modal sekitar Rp10 jutaan yang digunakan untuk memproduksi beberapa beanbag sebagai sampel, lalu dipasarkan melalui sistem preorder sehingga baru diproduksi ketika ada pesanan,” ujarnya.


Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir risiko kerugian dan membengkaknya modal selain itu dengan sistem preorder perputaran bisnisnya pun akan lebih mudah karena tidak perlu membuat stok.

Namun, pada suatu ketika, Be My Bean mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pameran otomotif terbesar di Indonesia. Dari situ mereka mencoba membuat stok untuk beberapa model.

“Produk kita memang tidak nyambung sih dengan mobil, tetapi justru kita malah menarik dan cukup mendapatkan perhatian. Orang-orang cukup antusias karena memang belum banyak yang produksi, bahkan saat itu kita laku hampir 100an,” kenangnya.


Dari sana, mereka semakin optimistis dan yakin bahwa bisnis yang dijalankan ini memiliki peluang yang sangat besar. Namun, sebagai produk yang belum banyak dikenal oleh masyarakat, saat itu Estie dan kedua sahabatnya kerap mengadakan sosialisasi dan edukasi mengenai beanbag tersebut.

Semakin lama, popularitas beanbag kian meningkat. Apalagi banyak perkantoran, kafe, hotel, dan restoran yang perlahan mulai merubah desain ruangannya dari yang semula kaku dan bergaya formal, menjadi lebih casual dan estetis.

Tak hanya perkantoran, berbagai acara seperti pernikahan, pesat ulang tahun, pesta kebun, bahkan gathering dan rapat pun mulai menggunakan sofa empuk berisi butiran styrofoam tersebut. Hal ini tentu saja membuat prospek usaha Be My Bean terus menanjak.  

“Sebagian besar pelanggan kami memang dari perkantoran, hotel, restoran, juga ada rental dan kerjasama dengan event-event organizer. Selain itu, konsumen perorangan juga masih banyak yang membeli,” ujarnya.

 

NILAI LEBIH

Diakui olehnya bahwa beanbag ini terkesan eksklusif sehingga diperlukan strategi khusus dalam menetapkan harga jual kepada konsumen, termasuk memberikan nilai lebih kepada konsumen sehingga mereka tak ragu untuk membeli.

“Memang banyak pemain yang coba untuk banting harga tanpa memikirkan jangka panjang. Namun kami harus selalu berusaha memiliki nilai lebih dibandingkan pemain lain, seperti memberikan garansi 1 tahun dan after sales service yang mumpuni,” tuturnya.


Pada masa pandemi ini diakui bahwa permintaan untuk perkantoran memang sedikit menurun tetapi penjualan untuk sektor ritel justru meningkat. Sebab, banyak masyarakat yang bekerja dari rumah yang menginginkan suasana kerja yang nyaman dan santai, salah satunya dengan menggunakan sofa beanbag.

Selain untuk orang dewasa, Be My Bean juga memproduksi beanbag untuk anak-anak yang permintaannya pun ikut terdongkrak apalagi di masa pandemi ini anak-anak diminta untuk belajar dari rumah.

“Surprisingly permintaan untuk ritel sangat tinggi karena banyak orang di rumah dan butuh tempat kerja dan belajar yang nyaman. Beberapa orang juga mikir bagaimana agar rumah terlihat indah dan bagus, sekaligus nyaman untuk bekerja dan belajar,” tambahnya.


Saat ini, Be My Bean dibanderol seharga Rp400.000 hingga Rp1,5 juta tergantung bentuk dan material. Adapun penjualan rata-rata Be My Bean setiap bulannya pada konsumen retail mencapai 100 buah sedangkan untuk pelanggan korporasi bisa mencapai 2 hingga 3 kali lipat.

Untuk material yang paling banyak dibeli saat ini adalah kanvas dan indoor parasut. Kanvas karena banyak motif dan corak yang bisa menambah keindahan dekorasi ruangan, sedangkan bahan parasut lebih mudah untuk pemeliharaannya serta lebih dingin dan nyaman digunakan.

“Kalau warna favorit saat ini lebih ke warna netral seperti peach dan moka. Namun banyak juga yang memilih warna merah dan orange karena ingin menjadikan beanbag ini sebagai sesuatu yang signifikan di dalam sebuah ruangan.”