Facebook Pro, 5 Alasan Mengapa Penggunanya Dinilai Mengganggu!

5 Alasan Mengapa Pengguna Facebook Pro Sangat Mengganggu (Sumber gambar: Freepik.com)

Like

Beberapa tahun belakangan ini, jagat media sosial sedang dihebohkan dengan fenomena pengguna Facebook Pro.

Facebook Pro
sendiri adalah mode akun dari media sosial ternama buatan Mark Zuckerberg, Facebook, yang memungkinkan penggunanya dapat mengakses berbagai fitur profesional.

Melalui fitur-fitur profesional inilah, pengguna bisa mendapatkan akses fitur kinerja konten, membangun komunitas lebih mudah, meningkatkan personal branding, dan tentu saja yang paling menggiurkan, adalah akses fitur monetisasi.

Ya, pengguna Facebook Pro dapat menghasilkan uang dari konten yang ia kreasikan. Facebook Pro sendiri sudah rilis secara global sejak tahun 2021-2022 lalu, dan bisa dibilang untuk di Indonesia, mode akun Facebook ini semakin diminati sejak akhir tahun lalu.
 

4 Jenis Fitur Facebook Pro yang Wajib Kamu Ketahui!

Adapun fitur monetisasi yang dapat kita peroleh dari akun mode pro ini, terdiri dari 4 jenis fitur. 4 jenis fitur ini adalah;

  • Bintang, di mana pengguna dapat menghasilkan uang dari Gift pengguna Facebook lainnya.
  • Iklan di Reels, di mana pengguna dapat menghasilkan uang dari konten Reelsnya.
  • Bonus, di mana pengguna dapat menghasilkan uang lebih banyak dari konten yang perform, umumnya pengguna harus mendapatkan undangan resmi dari Facebook.
  • Langganan, mirip dengan fitur monetisasi Bintang, hanya saja cara kerjanya seperti fitur Membership YouTube.

Setiap jenis daripada fitur monetisasi ini, memiliki syarat dan ketentuannya masing-masing. Yang paling mudah, ketika sebuah akun sudah beralih ke mode Pro, adalah mendapatkan fitur monetisasi Bintang.

Meskipun fitur-fitur monetisasi lainnya terbilang agak sulit untuk didapatkan, tapi itu tidak cukup untuk menjadi pematah semangat bagi mereka-mereka, pengguna Facebook yang ingin jadi kreator konten profesional.

Bahkan, tidak sedikit pula dari kalangan generasi tua, mulai dari generasi milenial, X dan juga baby boomers, ikut juga mengalami demam content creator wannabe.

Sayangnya, semangat mereka untuk mencapai tujuan tersebut, tidak disertai dengan realisasi yang baik pula.


Tidak jarang kita melihat di Facebook, orang-orang tua yang seharusnya disibukkan dengan kegiatan lebih bermanfaat atau setidaknya share konten yang penuh makna, malah terlihat lebih sering membagikan konten joget tanpa arah dan tujuan.

Beberapa di antara banyak konten joget itu, disertai dengan teks atau quotes yang tidak bermakna, catat logika, dan diberi backsound ketawa ngakak yang khas.

Jelas saja konten seperti ini bukanlah konten berkualitas, dan sangat layak masuk ke dalam kategori konten sampah. Konten-konten seperti ini, jelas sangat mengganggu pengguna Facebook lainnya.

Jika Facebook tidak segera berbenah, bukan tidak mungkin mereka akan kehilangan berjuta-juta pengguna aktif harian atau bulanannya.

Baca Juga: 7 Langkah Sukses Social Media Marketing untuk Pemula!
 

5 Alasan Kebanyakan Pengguna Facebook Pro Dinilai Mengganggu

Lalu, mengapa sih, kebanyakan pengguna Facebook Pro itu mengganggu?. Berikut 5 alasan mengapa kebanyakan pengguna Facebook Pro itu sangat mengganggu, dimulai dari;


1. Facebook Didominasi Pengguna yang Sudah Berumur

Alasan yang pertama, adalah karena Facebook didominasi oleh pengguna yang sudah berumur.

Didapatkan dari Goodstats.id, data dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2024, terkait persentae pengguna Facebook dari berbagai generasi, menunjukkan bahwa milenial, Gen X, dan baby boomers, sebagai generasi yang menguasai Facebook. 

Jumlah persentasenya secara berurutan adalah 75%, 65%, dan 55%. Gen Z, generasi yang dipercaya sebagai generasi melek digital atau melek literasi digital, "hanya" mendapatkan persentase sebesar 51%.

Apalagi, seperti yang kita tahu, Facebook adalah sarangnya meme unik dan ngakak.

Lalu, apa hubungannya data ini dengan kebanyakan pengguna Facebook Pro yang mengganggu?. Ketika media sosial dikuasai oleh generasi tua, tentu saja gaya candaan yang dihadirkan, tidak lagi relate dengan generasi yang lebih muda.

Gaya candaan yang terkesan kaku, atau bahkan terlalu dipaksakan inilah, yang pada akhirnya menuntun kebanyakan pengguna Facebook Pro untuk membuat konten receh absurd mereka.

Lagi pula, dari jenis generasi yang sama pun, masih banyak yang tidak setuju atau bahkan marah dengan konten-konten receh dan absurd ini.

Reaksi yang mereka berikan terhadap konten-konten seperti ini, kebanyakan mengandung komentar negatif, atau bahkan hujatan.

Berbeda dengan Instagram atau terlebih TikTok, di mana konten receh absurd masih banyak diterima, karena memang audiensnya, adalah anak muda yang sedang berusaha mencari jati diri atau hiburan sesaat dari konten yang diaksesnya.