6 Karakter RA Kartini yang Mesti Ditiru Perempuan Modern

Peringatan Hari Kartini, pencetus “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi

Be-emers, Raden Ajeng (R.A.) Kartini yang lahir pada tanggal 21 April 1879, merupakan pahlawan wanita yang dikenal karena perjuangan emansipasi dan pemberdayaan perempuan di Indonesia. 
 
Selain itu, R.A. Kartini juga dikenal dengan kata-katanya yaitu “Habis gelap terbitlah terang.”
 
Yang antara lain ditafsirkan oleh  Armijn Pane, seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam “Habis Gelap Terbitlah Terang”, kata-kata beliau ini terinspirasi dari surat Al Baqarah 257, yaitu dari kegelapan menuju cahaya.

Yang Ayat tersebut mewakili kehidupannya. Dari gelap menuju cahaya. Dari yang tidak mengetahui apa-apa menuju ke mengerti sesuatu.
 

6 Karakter Raden Ajeng Kartini yang Bisa Kamu Tiru!

Berikut adalah 6 karakter raden ajeng kartini yang bisa kamu tiru sebagai perempuan di era moder:
 

1. Berpikir kritis, logis, dan rasionalis

R.A. Kartini dikenal sebagai seorang perempuan memiliki cara berpikir logis, rasional, dan kritis pada masanya. 
 
Ini digunakan R.A Kartini untuk mengawasi lingkungan dan keluarganya, yang saat itu hanya menerima sesuatu karena dogma, bukan karena karena pemahaman sesuatu dan jawaban atas pertanyaan “why?”.
 
Pikiran kritis ini dicontohkan oleh pikirannya dalam mengkritisi pengajaran agama islam yang juga hanya mendogma, tanpa diajari artinya.
 
Menurutnya, dalam beragama ketika membaca sebuah kitab suci, seseorang bukan hanya membaca. Melainkan, mesti memahami juga artinya. 
 

2. Berpendidikan dan gemar membaca buku

Dikutip dari jurnal yang ditulis oleh Bimo Abimayu dan Reka Seprina yang berjudul “Kisah Perjalanan R.A. Kartini Terhadap Pendidikan untuk Kaum Wanita di Pulau Jawa” yang diterbitkan oleh Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP Universitas Jambi, R.A. Kartini merupakan salah satu perempuan yang berpendidikan.

Meskipun saat itu sekolah sangat dikhususkan dan diprioritaskan untuk lelaki. R.A. Kartini bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS). 
 
Selain itu, R.A. Kartini juga gemar membaca buku. Buku-buku yang dibaca oleh R.A. Kartini antara lain Surat-surat Cinta dan Max Havelaar karya Multatuli, De Stille Kraacht karya Louis Coperus, buku feminis karya Goekoop de-Jong Ban Baek, Derta Romah Antiperang karya Berta Von Suttner, dan lain-lain.
  

3. Pembelajar, termasuk belajar agama

Selain sekolah formal di ELS, R.A. Kartini juga belajar mengaji di beberapa guru agama. Namun seperti ditulis di atas, guru mengaji R.A. Kartini banyak yang yang tidak mengajarkan artinya dan mengajarkan pemahaman.
 
Namun, ada satu guru yang membekas di hatinya, yaitu Kiai Haji (K.H.) Muhammad Sholeh bin Umar, atau dikenal Sholeh Darat. Kepada gurunya ini, R.A. Kartini belajar, tafsir surat Alfatihah.