Menelaah Wacana Tarif TransJakarta Naik dan Harapan Sahabat TiJe

Selama ini termurah, tarif TransJakarta bakalan naik. [Sumber: Wikimedia Commons]


Sampai hari ini, TransJakarta adalah alternatif transportasi umum termurah. Belum lama, muncul wacana tarif TransJakarta bakal naik dari yang semula Rp 3,500,- menjadi Rp 5,000,-.

Usulan ini menuai reaksi dari masyarakat, utamanya pengguna rutin TJ. Sebagai salah satu pengguna, saya pun memiliki harapan seperti Sahabat TiJe lainnya.


Mengapa Tarif TransJakarta Naik?

Apa faktor penyebab tarif TransJakarta naik? [Sumber: Wikimedia Commons]

 

Sejauh ini, bus TransJakarta telah melayani 244 rute dengan rincian 14 koridor utama dan 8 tipe layanan, yakni 51 rute BRT dan 61 rute angkutan umum integrasi.

Merujuk Kompas dan sumber lain, terdapat sejumlah faktor mengapa akhirnya TJ diusulkan naik tarif tiket. Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Francine Widjojo menyebut usulan itu berdasarkan pertimbangan tarif Transjakarta tidak mengalami penyesuaian sejak 2005. Dengan kata lain, sudah 20 tahun tarif TJ tidak pernah naik!

Faktor lain, wacana kenaikan tersebut naik usai Pramono Anung mengumumkan adanya penurunan subsidi. Pemerintah Pusat memutuskan memangkas Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp15 triliun, karena itulah Pemprov DKI merasa perlu untuk mengkaji penyesuaian tarif transportasi umum.

“Kami di Komisi B meminta dasar kajiannya. Utamanya kesediaan masyarakat nantinya serta kemampuan bayarnya sekarang berapa dengan layanan Transjakarta yang sekarang cakupannya sudah jauh lebih luas,” ujar Francine dikutip dari keterangan resmi.


 

Cakupan layanan yang dimaksud meliputi JakLingko gratis, Transjakarta Care untuk penyandang disabilitas, serta integrasi rute hingga kawasan Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek).

 

Lebih lanjut, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno menilai kenaikan tarif angkutan umum menjadi suatu keharusan.

 

Pertimbangannya, saat ini pemerintah telah memberikan kelonggaran tarif bagi 15 golongan penumpang yaitu PNS Pemprov DKI Jakarta, penghuni rusunawa, hingga pengurus rumah ibadah yang dapat menikmati Kartu Layanan Gratis (KLG). Kenaikan UMR setiap tahun yang mengikuti pergerakan tren ekonomi seharusnya tidak menjadi masalah.


Isi Hati dan Harapan Masyarakat

Penulis mencoba melakukan riset perihal usulan kenaikan tarif TransJakarta ini. Hasil googling serta mengobrol dengan rekan & kerabat pengguna transum, sebagian besar tidak keberatan. Ada syaratnya: kenaikan tarif harus dibarengi perbaikan fasilitas.


1. Jumlah Armada Wajib Ditambah

Penambahan armada menjadi hal yang sudah lama disorot. Jumlah armada terkini tidak sebanding dengan masyarakat yang mengandalkan transportasi umum untuk mobilitas sehari-hari.

Merujuk berbagai sumber, jumlah armada TJ ialah 4.388 unit per Februari 2025, meningkat 2 persen dari tahun sebelumnya. Tak hanya itu, Transjakarta juga telah meluncurkan 200 bus listrik baru sehingga total armada bus listrik kini menjadi 300 unit.

Mari bandingkan dengan okupansi penumpang yang terus mengalami peningkatan.  Tercatat terdapat 371,4 juta pengguna pada 2024, meningkat signifikan dari yang tadinya 285 juta pengguna pada tahun 2023 dan 191 juta pada 2022. Jika dihitung secara kasar, rata-rata sekitar 1 juta orang per hari pada 2024 naik TJ. Besar kemungkinan saat ini sudah bertambah.

Melihat data di atas, menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat menanti bus datang. Waktu tunggu menjadi molor.

Pengalaman penulis, petugas TJ beberapa kali tidak bisa memastikan berapa lama lagi TJ datang karena berpacu dengan kemacetan. Salah satu temanku, Nisya menyebut pernah menunggu nyaris 40 menit di Halte Kebon Jeruk demi menuju Stasiun Kebayoran!


2. Jadikan Kenyamanan Penumpang Prioritas Utama

Melansir Bisnis.com, salah seorang penumpang bernama Fajar berharap penumpang tidak lagi berjejalan bak 'ikan pepes' di dalam bus. 

“Penumpang berdiri tidak apa-apa, tetapi jangan sampai overkapasitas. Selain itu, kalau bisa jalur TransJakarta harus benar-benar steril. Mobil polisi pun jangan diizinkan masuk ke jalur TransJ,” katanya.

Dari data yang penulis telisik, daya tampung 1 unit TJ variatif. Bus besar (standar) umumnya dapat menampung sekitar 30 pelanggan duduk, sementara bus gandeng kapasitasnya lebih besar.

Bus besar tipe Zhongtong dapat menampung hingga 175 orang secara total, sedangkan bus jenis Metrotrans berkapasitas 68 orang (41 orang duduk dan 27 penumpang berdiri). Senada dengan poin 1, aku berharap masyarakat dapat naik bus dengan nyaman.


3. Dibarengi dengan Perbaikan Fasilitas Penunjang

Perbaikan lain yang juga harus diperhatikan ialah fasilitas yang menunjang TransJakarta itu sendiri. Penulis sendiri merasakan masih banyak jalan rusak dan bergelombang, sehingga rasanya tak nyaman ketika bus melewati jalanan tersebut.

Saat menaiki bus di bilangan Tanah Abang, aku mengamati telah banyak juga bus sudah dalam kondisi kumal. Sepatutnya operator berwenang meremajakan bus dan tidak sungkan merumahkan bilamana bus dinilai sudah tidak laik jalan.

Fasilitas penunjang lain seperti halte juga aduhai sekali ya kondisinya. Entah bagaimana dengan pengalaman Be-emers, masih ada halte TJ yang minim penerangan sehingga membuat penumpamg utamanya perempuan merasa waswas berjalan ke halte.

Besar harapan halte diperluas sehingga penumpang tetap merasa nyaman ketika tengah menunggu bus tiba.