Menyiapkan Dana Darurat, Lewat Gaji atau Investasi? 4 Hal yang Harus Diperhatikan

Kiat menyiapkan dana darurat [Sumber: Pixabay]


Kondisi ekonomi yang tidak pasti membuat semakin banyak orang menyadari pentingnya dana darurat. Sesuai namanya, dana darurat ialah sejumlah dana yang dipersiapkan untuk keadaan darurat seperti ada anggota keluarga yang sakit, genteng rumah bocor, dan situasi mendesak lainnya.

Kerap timbul pertanyaan, saat menyiapkan dana darurat sebaiknya lewat gaji atau investasi ya?

Patut diingat bahwa dana darurat ibarat bemper, dengan begitu tujuannya bukan mencari keuntungan layaknya kita berinvestasi kripto misalnya.


Berapa Besaran Dana Darurat yang Ideal?

Hasil berbincang dengan perencana keuangan semasa berkiprah sebagai wartawan, benang merah yang penulis dapat ialah: tidak ada patokan kaku persentase dana darurat sempurna. Semua melihat kondisi ekonomi setiap orang yang pastinya berbeda. Namun, ada cara menghitungnya.

Semua baru dapat diketahui setelah kamu menghitung total pengeluaran bulanan untuk pos yang bersifat wajib. Antara lain cicilan rumah atau kendaraan yang masih berjalan, belanja bahan makanan bulanan, tagihan listrik dan PDAM, biaya sekolah anak, dan lainnya.

Berikutnya, kamu dapat merujuk rumus berikut: Dana Darurat = Pengeluaran Bulanan × Kelipatan
  • Lajang: 3-6 kali pengeluaran bulanan;
  • Menikah (belum ada anak): 6-9 kali pengeluaran bulanan;
  • Menikah (dengan anak): 9-12 kali pengeluaran bulanan;
  • Pekerja lepas (freelancer): Minimal 12 kali pengeluaran bulanan karena pendapatan tidak tetap.
Target ini sekali lagi tidak kaku karena benar-benar harus menyesuaikan dengan kondisi finansial pribadi. Semakin banyak anggota keluarga yang harus ditanggung (sandwich generation), menyimpan dana darurat lebih banyak akan lebih aman.



Menyiapkan Dana Darurat, Sebaiknya Lewat Gaji atau Investasi?

Seperti telah dijelaskan, dana darurat sifatnya untuk kebutuhan darurat. Sementara investasi fungsinya mengembangkan aset, ada return alias balik modal yang kita harapkan di sana.

Karena itu, kedua hal ini sebaiknya tidak dicampur dalam tujuan finansial kita.


1. Sisihkan dari Gaji, Bukan Sisakan

Saat memiliki target finansial tertentu, tanamkan mindset menyisihkan uang bukan menyisakan. kalau menyisakan dalam banyak kasus nggak akan ada sisanya.

Alokasikan 10-20% setiap bulannya untuk dana darurat, baru kemudian untuk investasi di instrumen lain.


2. Tetapkan Target Realistis

Setelah tahu berapa dana mendesak yang sebaiknya dikumpulkan, targetkan berapa lama dana ini akan terkumpul. Paling aman, pastikan dana darurat dapat memenuhi 3-6 bulan kebutuhan kamu berikutnya.

Kamu bisa memulai dengan nominal kecil supaya enggak kaget, lalu tingkatkan secara bertahap.


3. Pilih Wadah Menyimpan yang Tepat

Namanya dana darurat, dianjurkan untuk membuat 1 rekening lagi selain rekening operasional sehari-hari. Ketika ada hal mendadak, hanya boleh mengambil dari rekening ini.

Nah penulis sendiri termasuk melenceng nih karena tidak menyimpan 100 persen dari darurat di rekening. Pikirku: kok rugi ya kalau ditaruh di sana kepotong admin juga setiap bulan Rp 15,000.

Akhirnya, aku menyimpan setengahnya lagi di reksa dana pasar uang. Alasannya, rdpu tergolong instrumen investasi yang sifatnya mudah dicairkan. Dibanding saham misalnya, hanya butuh waktu 1 hari untuk dana ditransfer ke rekening pribadi.