Jangan Gampang Fomo! Ini 3 Tips Bijak di Tengah Gempuran Fast Fashion

Fast Fashion (Sumber gambar: Freepik)


Istilah fear of missing out (Fomo) pasti nggak asing di telinga Be-emers. Sejalan dengan tren yang bermunculan di sosial media, istilah ini sering dilabelkan buat orang-orang yang takut ketinggalan setiap momen atau tren yang ada.

Fomo ini bisa muncul dari hal remeh-temeh sampai sesuatu yang enggak semua kalangan bisa dapetin.

Misalkan, pengin punya tumblr lucu, pakai pashmina mleyot, nonton konser artis internasional, upgrade seri smartphone, ikut Ninja Warior, Emm penulis jadi bertanya-tanya, ada nggak ya orang yang fomo ikut Ninja Warior? dan masih banyak lagi.

Tapi apapun itu, fomo ini memicu konsumerisme. Demi memenuhi hasrat konsumen untuk mewujudkan tren-tren di luar sana, banyak pihak yang menjadikan fenomena ini sebagai peluang bisnis, tentunya tanpa memikirkan dampak buruk ke depannya. Salah satu wujudnya adalah munculnya fenomena fast fashion.

Memang apa sih yang terjadi pada fenomena ini? Simak penjelasan selanjutnya.

 

Fast Fashion: Apa yang Terjadi dan Dampaknya bagi Lingkungan?

Fenomena yang berkaitan dengan penyediaan produk fesyen yang cepat dan massive di pasaran. Model atau gaya fesyen bisa dengan cepat berubah karena hal sesederhana ‘outfit check buat hangout’ yang keluar dari ucapan seorang influencer dengan ribuan pengikut.


Yang paling penting, harga yang ditawarkan cukup menggelitik dompet, alias, ‘murah kok ini sayang banget kalau nggak dibeli’.

“Bukannya fenomena ini  bisa nambah lapangan kerja, buat memproduksi barang yang banyak butuh tenaga manusia yang banyak juga kan?”

Memang benar, tapi apakah bayaran yang diberikan sepadan bagi pekerja? Fenomena ini nyatanya malah membuat lingkungan kerja yang buruk bagi buruh dengan upah yang tidak seberapa.

Fast fashion menimbulkan dampak lingkungan yang tidak main-main. Berdasarkan earth.org, fenomena ini memunculkan dampak buruk bagi lingkungan.

Dari proses produksi bahannya saja membutuhkan ratusan bahkan ribuan liter air, kemudian pewarnaannya bisa mencemari air tanah, pada akhirnya limbah dari produknya sulit terurai jika bahan dasarnya menggunakan campuran polyester.

Fenomena ini sudah terlanjur ada, lalu bagaimana untuk mengatasinya?

 

Tips Bijak di Tengah Gempuran Fast Fashion

Meskipun fenomena ini sudah menjamur di kehidupan sosial, namun bukan berarti kita tidak bisa melakukan perubahan.

Kita bisa mulai dari hal kecil dan seminimal mungkin namun nyata dilakukan, setidaknya dapat meminimalisir limbah fesyen yang mencemari lingkingan. Berikut ini cara-cara yang bisa kamu lakukan.


1. Ubah Pola Pikir

Manusia memang lahir sepaket dengan hawa nafsu. Namun kita juga dibekali akal yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Maka dengan pikiran ini, kita dapat memilah dan memilih yang terbaik untuk diri kita. Terkadang, rasa takut 'nggak gaul' sering kali bisa muncul. Tapi toh validasi dari orang lain hanya mengenyangkan ego kita sementara, bukan selamanya.

Jadi, teruntuk Be-emers dan penulis juga sih, perlu menyadari untuk berpakaian dengan bijak, jangan mudah terpengaruh dengan tren yang ada dan kalau bisa jangan dikit-dikit fomo.


2. Bijak dalam Berbelanja

Be-emers, jika akan berbelanja pakaian sebaiknya mencari jenis pakaian yang multifungsi dan cocok untuk digunakan di berbagai acara. Tips ini sangat penting untuk diterapkan agar tidak memperbanyak limbah fashion yang akan dihasilkan.

 

Produk fesyen elegan Satinese (Sumber gambar: Instagram/@satinese.id)


Penulis bisa rekomendasikan satu merek yang menawarkan solusi berbusana yang efisien. Yap merek Satinese. Busana yang memberikan kesan elegan dan cocok digunakan untuk berbagai acara. Kalau kepo dengan produkya bisa cek instagramnya di @satinese.id.