PSSI ( Sumber : Goal.com )
Likes
Sepak bola memang dapat menyatukan perbedaan. Para pecinta sepak bola kini sedang menanti Liga 1 2021 mendatang yang kabarnya akan dilaksanakan pada pertengahan Juni tahun ini.
Ternyata, jauh sebelum hadirnya Liga 1 atau Liga Indonesia, dunia sepak bola Indonesia pernah mengalami berbagai fase kompetisi. Mulai dari perubahan konsep pertandingan hingga perubahan kebijakan terkait dunia sepak bola serta klubnya.
Tentunya tanpa adanya sejarah dan pengalaman tersebut, belum tentu Indonesia mampu untuk menciptakan Liga yang begitu hebat seperti saat ini. Maka dari itu, yuk kenalan sama kompetisi Perserikatan, cikal bakal hadirnya sepak bola Indonesia!
Baca Juga: Kisah Klub Bola Era Galatama, Klub Profesional yang Tidak Bergantung dengan APBD
Sejarah Kompetisi Era Perserikatan
Bermula dari klub-klub sepak bola yang terlah terbentuk saat itu yang ingin memiliki wadah untuk menyatukan mereka, akhirnya tercetuslah pembentukan Perkumpulan Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1931.Pada tahun yang sama pasca terbentuknya PSSI, diadakan lah kompetisi Perserikatan yang menunjukkan adu klub sepak bola. Pesertanya merupakan para klub amatir setiap daerah yang berserikat hingga membentuk sebuah tim, oleh karena itu disebut dengan Perserikatan.
Kompetisi perserikatan pertama kali diadakan pada bulan Mei 1931 di Solo. Kemudian kompetisi tersebut menjadi kompetisi tahunan yang berlangsung hingga tahun 1994, meski sempat beberapa kali tidak terlaksana.
Selain kompetisi perserikatan, PSSI juga mengadakan kompetisi bernama Galatama yang mulai dilangsungkan sejak tahun 1978. Memiliki konsep dan format yang berbeda dengan Perserikatan, kompetisi Galatama mengusung konsep pertandingan semi-profesional.
Setelah sebelumnya berjalan masing-masing, pada tahun 1994 kedua kompetisi itu digabungkan menjadi Liga Indonesia (Ligina). Penggabungan itulah yang menjadi akhir dari kompetisi Perserikatan di Indonesia.
Keistimewaan Klub Perserikatan, Dapat Dana APBD
Mengingat bahwa di era perserikatan saat itu klub sepak bola menjadi perwakilan dari daerah, sebagai bentuk dukungan kepada mereka, pemerintah turut mendistribusikan APBD untuk mendanai klub.Diketahui setiap tahunnya sebesar Rp. 720 miliar dana APBD dialokasikan kepada klub PSSI. Meski besaran dana yang diberikan pada setiap klub juga bergantung pada kebijakan masing-masing daerah.
Akan tetapi, pemberian dana APBD untuk klub bola perserikatan mendadak dihentikan oleh Gamawan Fauzi pada tahun 2011. Gamawan yang saat itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri menghentikan aliran dana atas saran dari KPK.
KPK menyatakan bahwa pemberian dana APBD kepada para klub bola profesional harus dihentikan karena bisa memicu konflik kepentingan antara pengurus internal klub. Suara KPK itu turut disetujui oleh para pejabat pemerintah yang hadir dalam paparannya.
Sejak itu, para klub sepakbola profesional era perserikatan tak lagi mendapat kucuran dana dari pemerintah. Lantas, bagaimana cara para klub tersebut untuk “bertahan hidup” tanpa sokongan dana pemerintah?
Cara Klub Cari Cuan Tanpa APBD
Kebutuhan untuk melangsungkan operasional klub membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sebut saja biaya untuk membayar pemain, pelatih, sewa stadion untuk pertandingan dan biaya-biaya lainnya.Oleh karena itu, mereka tentu akan kaget bahkan kesulitan ketika dipaksa untuk hidup mandiri sejak 2012 tanpa adanya alokasi dana APBD. Meski begitu, para klub sepak bola tetap berusaha bertahan dengan mencari sumber pendanaan lain.
Salah satunya melalui sponsor yang diberikan perusahaan. Nama pemberi sponsor biasanya akan tercantum pada jersey atau kostum para pemain. Selain sponsor, klub juga mengandalkan pendanaan dari penjualan tiket pertandingan.
Penjualan merchandise resmi pun dapat menjadi dana tambahan bagi operasional klub. Meski beredarnya merchandise bajakan menjadi ancaman bagi pemasukan klub. Nah loh, siapa nih yang masih beli merch palsu?
Baca Juga: Ramai Klub Bola Kaesang Berencana IPO, Ini Manfaatnya Menurut BEI
Apa Kabar Ya Klub Eks-Perserikatan? Masihkah Jaya?
Kini banyak klub-klub baru non perserikatan yang memiliki kualitas bagus dan mampu meraih posisi tinggi di berbagai pertandingan, katakanlah saja Persipura Jayapura yang kerap membawa pulang trofi pada kompetisi Liga 1.Meski begitu, klub era perserikatan masih hadir dan terus berkompetisi loh. Bahkan beberapa diantaranya masih menyabet gelar juara pada pertandingan Liga 1, diantaranya Persib Bandung, Persebaya Surabaya, serta Persija Jakarta.
Nah itulah sejarah kompetisi sepak bola Perserikatan di Indonesia. Sudah 10 tahun berlalu sejak klub eks perserikatan hidup mandiri, bisakah mereka mempertahankan keberadaannya dengan mencari sumber dana yang lebih inovatif?
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.