Kesalahan Finansial Kaum Millenial

millenials(unsplash)

Like

Kaum millenial di Indonesia berjumlah sangat banyak. Tentu, dengan banyaknya kaum millenial tersebut, banyak pula hal menarik yang bisa dibahas, terutama pengelolaan keuangan mereka.

Dalam kesempatan kali ini, kita akan mengulas apa saja sih kesalahan finansial yang dilakukan oleh generasi millenial. 

Masalah mengenai pengelolaan keuangan generasi millenial sangat menarik untuk dibahas. Bagaimana tidak, generasi tersebut memasuki fase produktif di masa hidupnya. dengan produktivitas tersebut generasi millenial tentu bisa menghasilkan penghasilan berupa uang.

Baca Juga: Underprivileged Millennials, Sebuah Fakta di Kalangan Pemuda Indonesia

Dengan uang tersebut maka generasi millenial tentu mengalokasikan uangnya ke berbagai pos pengeluaran. Tentu, ada saja kesalahan dalam generasi millenial mengelola keuangannya.


Ini lah kesalahan finansial yang sering terjadi dan berpotensi dialami oleh kaum generasi millenial:

  • Berfoya-foya
    Banyak generasi millenial yang masih berumur muda dan belum menikah. Kecenderungan mereka untuk menghabiskan uang demi kesenangan pribadi dan cenderung berfoya-foya dalam mengeluarkan uang karena alasan untuk kesenangan sendiri.

    Foya-foya akan mengganggu kestabilan keuangan apabila tidak hati hati maka bisa terjebak dalam jeratan utang.
     
  • Tidak menabung
    Orientasi berpikir generasi millenial kebanyakan hanya berpikir short term alias tidak berpikiran untuk menabung dari penghasilan mereka. Mereka cenderung untuk menghabiskan semua income untuk sesaat saja. jika tidak ada yang ditabung,

    Maka, setiap bulan kita tidak akan menerima manfaat untuk jangka panjang berupa tabungan.
     
  • Pengaruh media sosial
    Media sosial tentu memberikan efek ganda bagi tiap orang tak terkecuali bagi generasi millenial. Efek media sosial bagi generasi millenial tentu sangat tinggi karena setiap hari aktivitas millenial tidak bisa terlepas dari media sosial.

    Apabila kita melihat barang bagus di medsos, kita cenderung akan membeli walau uang sudah mepet. Ada pula pengaruh tokoh idola/artis idola yang menawarkan sebuah produk, maka kita yang nge-fans akan cenderung untuk mengikuti mode oleh sang idola.

    Jadi, dalam bermedia sosial, kita harus selektif memilah mana yang penting dan mana yang tidak.
     
  • Konsumtif
    Dikarenakan perkembangan model yang semakin cepat berganti maka mendorong seseorang untuk memiliki sifat konsumtif. Misalnya, dalam dunia gadget.

    Pertumbuhan teknologi gadget tentu mempengaruhi pola pikir generasi millenial dalam mengeluarkan uang. Misalnya, membeli hp baru padahal hp yang saat ini masih bisa digunakan.

    Tentu, ini salah satu contoh sifat konsumtif dari generasi millenial dan masih banyak lagi sifat konsumtif lain yang dilakukan kaum millenial.
     
  • Pengeluaran>penghasilan
    Dalam hal ini sangat jelas jika pengeluaran lebih besar maka pos tabungan dan investasi tentu tidak terisi.

    Bahkan, milenial sangat berpotensi untuk terlilit utang. Tentu, dalam hal ini adalah utang konsumtif. 
     
  • Kesalahan dalam pengelolaan kartu kredit dan utang
    Kedua hal ini sangat berkaitan dengan penghasilan kita. Kartu kredit jika kita tidak tepat waktu dalam mencicil bayaran, maka kita akan terkena denda berupa bunga yang tidak sedikit.

    Bunga tersebut akan membengkak bila tidak dibayar. Begitu pula utang, kadang kita berhutang lebih dari kemampuan kita untuk membayar hutang tersebut, akhirnya hanya menggunakan "gali lobang tutup lobang".

    Idealnya, kita berutang dengan rasio cicilan 30 persen dari penghasilan kita. Apabila urusan utang ini kita sepelekan, maka yang rugi kita sendiri karena skor kredit kita akan berkurang bahkan berpotensi untuk mengalami blacklist oleh BI.
     
  • Tidak ada dana darurat
    Dana darurat sangat berguna apabila kita mengalami kemungkinan terburuk dalam bekerja misalkan sakit ataupun di PHK.

    Dana darurat sangat penting untuk survive kita dalam kondisi yang sulit tersebut. Dana darurat juga menghindarkan kita dari hutang.

    Idealnya, dana darurat sebesar 6-12 kali dari pengeluaran bulanan kita.
     
  • Tidak ada dana pensiun
    Dana pensiun juga bersifat untuk proteksi masa depan kita. Dana pensiun menjadi sangat terasa manfaatnya saat kita telah benar-benar tidak bekerja.

    Kita bisa menyisihkan 10 persen dari gaji untuk pos ini. Jika dana pensiun sudah dirasa cukup, maka kita bisa mengalihkan dana ini ke instrumen keuangan seperti halnya reksadana, deposito, atau SBN yang memberikan income stabil perbulan dan lebih tinggi dari inflasi tentunya.
     
Tentunya, tidak mudah untuk meninggalkan kesalahan finansial di atas. Akan tetapi, jika kita serius tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Bagi generasi millenial, tentu harus melek finansial agar bisa memaksimalkan kondisi keuangan mereka demi masa depan yang lebih cerah dan terproteksi.