Selain Lagu dan Konser, Ini Peluang Cuan Lain dari Industri Musik

Like

Senang, sedih, jatuh cinta, sampai idealisme, semua bisa dilepaskan lewat musik. Apapun jenis musiknya, dari jazz hingga dangdut, dari metal hingga pop, Be-emers pasti enggak bisa hidup tanpa musik kan?

Industri musik selalu berkembang dari zaman ke zaman. Kalau dulu, pasar musik ramai-ramai menjual piringan hitam atau vinyl, sekarang kita bisa dengar musik cukup lewat streaming aja. Yah, walaupun sekarang juga banyak musisi yang merilis albumnya dalam bentuk vinyl.

Kalau selama ini keuntungan industri musik ditopang dari hasil penjualan lagu atau album dan konser musik, tapi ternyata ada peluang cuan lain yang bisa dimanfaatkan lho.

Bisnis Sewa Studio Musik

Sebelum akhirnya nada yang asyik mengalun di telinga kita, sebuah lagu tentunya punya proses yang enggak singkat. Salah satunya adalah melalui proses rekaman. Enggak bisa asal rekam, proses ini tentunya dilakukan di ruang khusus yaitu studio musik atau studio rekaman.


Studio musik rupanya bukan cuma berfungsi buat rekaman lagu aja nih, Be-emers. Biasanya para musisi juga menggunakan studio untuk latihan menjelang konser.

Peran studio musik rupanya juga enggak hanya berlaku buat musisi. Buat Be-emers yang hobi di bidang musik juga bisa kok sekadar berlatih musik di studio.

Melihat peluang itu, bisnis sewa studio pun mulai menjamur di Indonesia sejak era 2000-an. Salah satu yang memanfaatkan peluang cuan itu adalah Husni Mubarok. Dengan mendirikan Nirock Studio di tahun 2007 bersama sang adik, Husni mantap menjajaki usahanya di industri musik dengan modal Rp50 juta.

Berawal dari hobi bermusiknya, Husni memberikan kebebasan buat siapa pun yang mau menggunakan layanan studio musiknya. “Targetnya semua kalangan dari indie label sampai major label,” ungkapnya, dikutip dari Harian Bisnis Indonesia.

Nirock Studio yang berlokasi di Jakarta Timur ini menawarkan jasa proses rekaman, mixing, aransemen musik, klip, sampai film scoring. Produk hasil rekaman Be-emers juga dijual di sini lho.

Selain menghadapi tantangan berupa kepuasan kliennya, Husni tetap optimis dengan bisnisnya dan industri musik ke depannya. Menurutnya, prospek bisnis studio musik kan tetap ada selama industri musik masih berjalan.

Makanya, kecintaan atau passion terhadap musik juga penting buat menjalankan bisnis ini. Selain itu, biar dikenal juga sama banyak orang, Husni memanfaatkan media sosial sebagai media pemasaran bisnisnya.

Merchandise Idola

Be-emers pasti pernah lihat kan banyak anak muda yang seneng banget pakai kaos band atau musisi favoritnya, padahal enggak lagi dateng konser? atau pernah enggak, lihat ada yang pakai baju atau bawa bendera dari musisi legendaris kayak Iwan Fals dan Slank di suatu konser musik, padahal kedua musisi itu enggak tampil?

Hubungan antara penggemar atau fans dengan idolanya adalah hubungan yang sangat esensial. Keduanya saling berkaitan satu sama lain. Walaupun kadang terbatas sama ruang dan waktu, fans selalu punya cara buat mengapresiasi idolanya, salah satunya adalah mengoleksi merchandise yang berkaitan sama sang idola.

Nah, enggak cuma dari sisi fans, merchandise juga penting banget buat para musisi. Selain mendongkrak eksistensi musisi, merchandise juga rupanya bisa jadi peluang cuan alternatif di industri musik nih, Be-emers.

Dilansir dari Bisnis.com, sejumlah musisi seperti Alditsa ‘Dochi’ Sadega dan Arian Arifin, pun mencoba peluang itu sebagai bagian dari “perjuangannya” di industri musik. Menurut Dochi, yang merupakan vokalis grup musik Pee Wee Gaskin, pendapatannya dari penjualan merchandise resmi bisa dibilang sebagai “penyelamat” bandnya. Enggak hanya itu, bagi Arian, merchandise resmi juga jadi hal yang esensial karena kultur penggemar musik metal yang hobi banget mengoleksi berbagai merchandise dari idolanya.

Merchandise umumnya dijual dalam bentuk kaos. Enggak jarang, ada juga yang menjualnya dalam bentuk topi, slayer, pin, dan gelang. Makin kreatif, banyak juga musisi yang berinovasi dan berkolaborasi buat produk merchandise-nya. Dari mulai vape, tas, sampai helm juga ada.

Biasanya, merchandise resmi didistribusi lewat distro atau dijual langsung secara ritel saat konser atau meet & greet. Adapun, merchandise juga bisa dipesan secara online lewat situs atau media sosial resmi yang dibuat oleh band atau sang musisi.