Gempar Bandara Kualanamu Dijual ke Investor India, Ini Penjelasannya!

Bandara Internasional Kualanamu Illustration Web Bisnis Muda - Image: Flickr

Like

Ditengah derasnya arus informasi di media sosial, memang terkadang memudahkan dalam mendapatkan informasi dengan cepat.

Namun, celakanya tak sedikit dari beberapa informasi yang dihadirkan tersebut membuat khalayak langsung menyimpulkan keseluruhannya hanya berdasarkan headline atau sekilas saja tanpa menyelesaikan bacaan sepenuhnya.

Sebut saja, seperti kemelut yang terjadi belum lama ini ketika terdapat cuitan yang mengajak khalayak untuk menghabiskan saldo OVO ketika terdapat suatu headline yang mengabarkan bahwa OJK mencabut izin perusahaan OVO, padahal perusahaan yang dicabut izinnya tidak ada kaitannya dengan dompet digital OVO.

Tak berselang lama, kejadian serupa kembali hadir setelah salah satu cuitan Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu berisikan tentang Bandara Kualanamu yang dijual pemerintah kepada investor asing.

Sontak, khalayak langsung ikut meramaikan cuitan tersebut bahkan hingga membuat dijualnya Bandara Kualanamu menjadi trending topic pada platform Twitter.


Baca Juga: Kemelut Ajakan Habiskan Saldo OVO, OJK Jelaskan Beda OVO Finance dengan Uang Elektronik OVO
 

Penjelasan Seputar Bandara Internasional Kualanamu

Meringkas dari Bisnis, diketahui cuitan yang dilontarkan oleh Said Didu selaras dengan pengumuman yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II (Persero) tentang terpilihnya GMR Airports Consortium sebagai mitra strategis dalam pengembangan Bandara Internasional Kualanamu dengan nilai investasi minimal Rp15 triliun.

Diketahui GMR Airports Consortium adalah perusahaan jaringan operator bandara yang dimiliki oleh GMR Group asal India dan Aerosports de Paris Group asal Prancis.

Setelah isu tersebut ramai diperbincangkan, sontak pihak AP II juga langsung memberi tanggapan soal kejadian secara lengkap dan terperinci.

Lewat Muhammad Awaluddin selaku Direktur Utama AP II memaparkan bahwa berita seputar penjualan Bandara Kualanamu ke investor asing tidak benar adanya, melainkan AP II hanya melakukan kemitraan strategis dengan skema Joint Venture Company lewat sistematika Build Operate Transfer (BOT) dengan jangka waktu yang ditentukan.

Lebih lanjut lagi, Joint Venture Company tersebut akan menghasilkan PT Angkasa Pura Aviasi dengan porsi kepemilikan saham sebesar 51 persen milik AP II dan 49 persen sisanya milik GMR Airports dengan jangka waktu selama 25 tahun.

Dengan begitu, nantinya AP II akan mendapatkan dana sebesar Rp1,58 triliun dari pihak GMR Airports yang dibarengi dengan pembangunan serta pengembangan Bandara Kualanamu hingga Rp56 triliun yang nantinya setelah jangka waktu usai, aset sepenuhnya akan dikembalikan kepada AP II.

Pihak AP II bahkan memproyeksikan keuntungan dari kemitraan strategis tersebut dikarenakan pihaknya tidak perlu mengeluarkan biaya hingga Rp56 triliun untuk pengembangan Bandara Kualanamu serta dapat mengalokasikan Rp1,58 triliun untuk pembangunan dan pengembangan bandar udara baru di Indonesia.

Gimana tanggapanmu tentang hal ini, Be-emers?