Story of Papa Group Indonesia

Nikmatilah prosesnya, hasil tidak akan mengkhianati usaha (Sumber: Instagram founder & CEO Papa Group Indonesia @bintangpb)

Like

Beberapa kali bisnis ini-itu. Mulai dari berjualan keripik di lingkungan sekolah ketika SMA, kemudian berjualan brownies, hingga membuka kedai makanan kecil-kecilan, pernah saya coba.

Kedai tersebut merupakan bisnis pertama yang saya seriuskan, yaitu ketika semester 2 kuliah. Saya membuka kedai bersama dengan beberapa teman saya dan juga si pemilik tempat tersebut.

Ternyata pada saat bisnis tersebut berjalan terjadi beberapa permasalahan, sehingga setelah berjalan selama 6 bulan bisnis tersebut terpaksa harus kami tutup. Setelah itu, pada semester 3 kuliah, saya kembali mencoba bisnis yang lain yaitu bisnis catering dan food delivery, karena saya melihat peluang bisnis food delivery pada saat itu masih sangat jarang dan merupakan peluang usaha yang baik.

Tetapi ternyata tantangan bisnis selalu ada. Puncak permasalahan pada bisnis ini yaitu ketika datangnya aplikasi ojek online yang menghadirkan fitur layanan antar makanan sehingga bisnis food delivery saya kalah bersaing, karena fitur tersebut dapat menjangkau berbagai macam bisnis kuliner lainnya mulai dari makanan gerobak, kedai, hingga café dan resto. Akhirnya saya pun kembali mengalami kegagalan bisnis tetapi saya tidak menyerah sampai disitu saja. 

Dikarenakan beberapa kali mengalami kegagalan bisnis tersebut, membuat saya menjadi tidak memiliki modal untuk mulai membuka usaha kembali. Akhirnya, saya meminjam uang kepada kakak kandung saya sebesar 3 juta rupiah dengan jaminan kalimat "Dek, kalau gagal bisnis lagi aku enggak akan mau minjemin uang lagi ya".

Dengan modal tersebut itu lah saya kembali membuka bisnis yaitu berjualan sosis bakar di car free day dan berbagai macam event-event kecil seperti seminar kampus dan lain sebagainya. Alhamdulillah, saya mendapat respon yang cukup baik, sehingga saya langsung bisa melunasi hutang kepada kakak kandung saya tersebut. 


Setelah itu, saya mulai berani membuka booth di event dengan durasi lebih panjang seperti event yang sering diadakan di sekitaran Jalan Cikapundung dan Jalan Merdeka Bandung yang biasanya berjalan selama 3 hari dengan antusiasme pembeli yang lebih ramai dibandingkan dengan Car free day.

Dikarenakan booth kami cukup ramai, mulailah berdatangan berbagai event organizer yang menawarkan peluang berjualan di event dengan skala yang lebih besar lagi yaitu event yang diadakan didalam mall-mall di Kota Bandung.

Tetapi, saya masih cukup takut untuk membuka booth yang diadakan di dalam mall, dikarenakan harga sewa yang cukup mahal yaitu 1 juta rupiah per harinya, sementara saya belum pernah mengikuti event dengan harga sewa sampai jutaan seperti yang ditawarkan. Walaupun pada akhirnya saya mencoba untuk memberanikan diri membuka booth di event tersebut. 

Memang pada hari awal berjualan, penjualan masih sangat jauh dari target penjualan yang ingin dicapai. Namun, ternyata pada saat malam minggu hingga hari minggunya, penjualan mulai ramai dan akhirnya saya pun rutin membuka booth di mall-mall besar Kota Bandung pada hampir setiap weekend.

Karena booth saya cukup ramai, akhirnya event organizer kembali berdatangan dan mulai menawarkan event di luar kota seperti Jakarta, saya pun kembali dibuat “deg-degan” dikarenakan harga sewa yang lebih mahal lagi dibandingkan dengan event di Kota Bandung. Tetapi saya tetap kembali memberanikan diri untuk menerima tawaran tersebut. 

Saya pun memulai pengalaman pertama kali berjualan di luar kota. Ternyata, kami kembali mendapat respon yang baik hingga dalam satu hari omzet yang dihasilkan mencapai 1 juta hingga 5 juta rupiah. Ini membuat saya menjadi rutin membuka booth di Jakarta dan membuat semakin semangat dalam mengembangkan bisnis saya ini.

Kembali tawaran event pun berdatangan, salah satunya yaitu tawaran event besar Jakarta Fair Kemayoran. Ada yang membuat saya cukup kaget, yaitu harga sewa di event Jakarta Fair Kemayoran sangatlah luar biasa besar yaitu sampai dengan harga 70 juta rupiah hanya untuk 1 event, sementara saya masih belum memiliki modal sebesar itu.

Saya pun akhirnya memberanikan diri melakukan pinjaman dengan nominal cukup besar yang diperuntukkan untuk persiapan event tersebut, dan langsung saya lunasi ketika event tersebut susah selesai. Saya pun mulai beranikan diri mengikuti event terbesar dan terlama se asia tenggara tersebut.

Akhirnya, kami rutin mengikuti berbagai macam event, bazar dan festival terbesar di Indonesia seperti Jakarta Fair Kemayoran, Java Jazz Festival dan sebagainya. Hingga pada event Jakarta Fair 2019, saya pun mampu mendapatkan omzet yang cukup besar yaitu 1,4 milyar hanya dalam 1 event yang berlangsung selama 40 hari tersebut.

Berbekal dari pengalaman itu, saya beranikan diri membuka tempat tetap dan juga beberapa brand baru yang seluruhnya bergerak di bidang kuliner. Store pertama saya yaitu di Jatinangor, dan store saya tersebut pun mendapat respon yang bagus hingga banyak orang yang ingin membuka cabang.

Akhirnya saya pun mulai mengembangkan sistem kemitraan untuk brand-brand kuliner saya. Hingga saat ini, saya membuat group bisnis yang bernama "Papa Group". Yang di dalamnya terdapat 8 brand kuliner, yaitu Papa Buncit Hotdog, Papa Aus Indonesia, Papa Kebab, Papa Dimsum, Telor Gulung Papa, Seindah Kopi, Ice Dalgona Viral, dan Koko Robert Coklat.

Saat ini, kami telah memiliki 150 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan akan terus berkembang serta berperan aktif dalam menambah jumlah wirausaha di Indonesia.

Pengen dengar cerita-cerita bisnis lain nya? Yuk bergabung di Komunitas UMKM Bisnis Indonesia. Bisa juga bergabung di group Telegram untuk sharing-sharing seru seputar bisnis, di link ini: [http://t.me/UMKMBisnisIndonesia] dan jadilah UMKM sukses bersama kami!

#CeritaUMKM #Bisniscom #BisnisMuda #BisnisIndonesia