Mencari Cuan Lewat Usaha Beras di Kecamatan Babulu

Kondisi sawah 30 hari setelah tabur benih di kecamatan Babulu

Like

Mungkin bisnis beras bukan menjadi usaha yang terpikirkan oleh masyarakat Indonesia saat ini. Apalagi masih banyak permasalahan di sektor pertanian, tapi ini menjadi peluang usaha yang boleh dicoba.

Beras adalah bagian bulir padi yang telah di pisahkan dari sekam (kulit padi). Setelah dimasak, beras mejadi nasi dan jadi makanan pokok hampir seluruh masyarakat di Indonesia.

Bahkan ada slogan terkenal di masyarakat Indonesia yang berbunyi "kalau belum makan nasi berarti belum makan".

Padi ditanam hampir di seluruh wilayah di Indonesia, salah satunya di Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara.

Penajam Paser Utara khususnya Kecamatan Babulu memiliki banyak hamparan persawahan untuk penanaman padi.


Daerah eks transmigrasi ini memang dicanangkan pemerintah untuk membantu kebutuhan pangan nasional.

Baca Juga: Demi Ketahanan Pangan Nasional, Kementan Targetkan 2,5 Juta Petani Milenial Tahun 2024
 

Permasalahan Usaha Beras di Babulu


Lahan pertanian di Kecamatan Babulu ini cukup luas, hanya saja banyak permasalahan-permasalahan para petani yang belum bisa di berikan solusi terbaik oleh pemerintah.

Salah satu masalah yang sering kita jumpai di pertanian adalah harga obat-obatan yang melambung tinggi, saking tingginya para petani disini menyebutnya ganti harga.

Masalah ke dua adalah pupuk subsidi yang sering datang terlambat, saat padi sudah hendak memasuki masa panen barulah pupuk subsidi datang.

Masalah berikutnya adalah susahnya pemasaran dan harga jual padi atau beras khususnya di Kecamatan Babulu.

Banyak petani yang menjual padinya kepada para pedagang yang datang dari provinsi tetangga karena pabrik penggilingan beras tempat mereka menjual biasanya tak membeli beras.

Para pengusaha lokal kesulitan menjual beras petani karena kualitas yang belum berani bersaing. Soal rasa nasinya di bandingkan beras dari luar pulau berani diadu, tapi tampilan beras dari Kecamatan Babulu atau yang lebih di kenal beras Babulu ini banyak yang patah menjadi 2 atau 3 bagian perbulirnya.

Beras patah ini sering di sebut broken bukan menir, disini yang disebut menir lebih kecil lagi ukurannya. Broken beras Babulu masih cukup tinggi kisaran 10-30 persen, sedangkan pesaing kita beras dari provinsi tetangga lebih baik brokennya kurang dari 10 persen bahkan ada yang tanpa broken.

Beberapa tahun yang lalu pemerintah masih membeli beras petani melalui Bulog, tapi breberapa tahun terakhir ini Bulog mengurangi pembelian beras dari petani.

Hal ini membuat penderitaan petani bertambah karena padi hasil pertaniannya tak laku di jual.

Merek atau Brand juga menjadi salah satu faktor penyebab susahnya pemasaran. Mungkin ada beberapa pengusaha penggilingan padi lokal yang sudah memiliki merek, tapi banyaknya varietas padi di Kecamatan Babulu membuat kita sulit menemukan beras dengan jenis yang sama dan kualitas yang konsisten untuk satu merek.

Banyaknya varietas padi di sini karena pemerintah terus memberikan bantuan benih padi terbaru hampir setiap tahunnya.

Pertanian di sini sebenarnya sudah cukup maju, itu terlihat dari hadirnya mesin-mesin canggih dan modern disini.

Baca Juga: Jadi Petani Otodidak, Kenapa Enggak?
 

Alih Fungsi ke Lahan Sawit


Tapi banyaknya kendala yang ada membuat para petani banyak yang putus asa dan mengalih fungsikan lahan persawahannya untuk di tanami tanaman perkebunan.

Beberapa tahun terakhir semakin banyak lahan persawahan yang dialih fungsikan dengan ditanam sawit.

Menurut petani hasil sawit lebih menjanjikan dari pada menanam padi. Menanam padi untuk satu hektar bisa menghabiskan biaya sekitar Rp6 juta.

Mulai dari membajak sawah dengan traktor biaya Rp1,2 juta, benih padi kalau sistem tabela (tabur benih langsung) untuk satu hektar bisa menghabiskan 40kg-50kg, dan untuk pembelian obat-obatan.

Dari sekian banyak modal yang dikeluarkan, hasilnya sering kali tak memuaskan bahkan kadang tak panen sedikitpun.

Dalam satu hektar padi yang di tanam hanya mampu menghasilkan panen sekitar 2.000 kg sampai 4.500 kg saja.

Harga jual padi di daerah Babulu hanya kisaran Rp3.500/kg sampai Rp4.200/kg. Sedangkan untuk berasnya dari petani ada di kisaran harga Rp7.000/kg sampai Rp8.500/kg.

Sedangkan untuk sawit saat ini harganya sekitar Rp1.500/kg sampai Rp2.000/kg di pabrik sawit. Dalam satu hektar bisa menghasilkan 1.000 kg sampai 2.500 kg, dan pemanenan bisa di lakukan 2 kali dalam satu bulan.

Penanaman sawit hanya sekali dan perawatannya lebih mudah dan murah dari padi. Keberhasilan petani sawit ini menjadi motivasi bagi para petani padi untuk mengalih fungsikan lahan pertaniannya.

Inilah sederet permasalahan yang dihadapi para petani padi di Kabupaten Penajam Paser Utara, khususnya Kecamatan Babulu.

Be-Emers ada yang tertarik untuk bisnis padi dan beras? Yuk, share di kolom komentar!

Pujiono
(Mahasiswa Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta)

Punya opini untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.