Farmer - Canva
Likes
Di usia muda, pastinya ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengikuti passion atau sekedar mengembangkan diri. Namun, enggak jarang, banyak juga yang justru galau untuk mengeksplorasi kegiatan atau bidang apa yang ingin ditekuni.
Apakah kamu juga begitu, Be-emers?
Mengembangkan diri itu perlu lho. Sesekali, kita memang perlu keluar dari zona nyaman nih. Siapa tahu, salah satu kegiatan tersebut justru bisa jadi jalan kesuksesan kita ya kan?
Itu lah yang dialami oleh Ratna Sari Dewi. Wanita kelahiran tahun 1992 ini enggak pernah menyangka kalau dia bakal jadi seorang petani di usia muda.
Padahal, Ratna sama sekali enggak punya background apapun di bidang pertanian. Apalagi, keluarganya enggak ada satupun yang berprofesi sebagai petani.
Namun, petani muda asal Renon, Bali, tersebut tertarik dengan pertanian karena dinilai unik. Ratna yang sedari dulu punya cita-cita sebagai seorang pebisnis ini rupanya senang main game simulasi pertanian Hay Day untuk menghabiskan waktunya nih.
Nah, dari situ lah keinginannya untuk menjajal dunia pertanian secara otodidak pun dimulai.
“Pekerjaan ini timbul atas dasar rasa senang, bukan sekadar ingin berbisnis," ungkap Ratna, dikutip dari Bisnis.com.
Dengan menyewa hampir setengah hektar kawasan Bangli, Kintamani, ia pun mendirikan CV Srikandi Pangan Bali untuk pemetaan pertanian yang lebih baik. Bukan cuma sekedar bertani, sebagai milenial, Ratna merasa kalau hal ini bisa jadi jembatan buat petani di desa untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
Tantangan Otodidak
Walau telah mengubah hobinya jadi sesuatu yang bermanfaat, Ratna menilai kalau usahanya untuk mengelola lahan pertanian ini enggak mudah. Sebagai petani yang masih newbie yang belajar secara otodidak, ia pun kerap kali mengalami kegagalan.Namun, hal itu enggak bikin dirinya menyerah. Ratna pun banyak belajar dari petani lainnya. Selain itu, ia juga rajin nonton YouTube untuk belajar ilmu pertanian lho!
Alhasil, finalis sepuluh besar Duta Petani Muda Indonesia 2018 itu telah berhasil membentuk pasar sendiri bagi hasil taninya. Bahkan, di tahun ketiga usahanya berjalan, dia sudah menambah lahan untuk digarap seluas 0,8 hektar dan 1,2 hektar di kawasan Ubud.
Selain itu, Ratna juga membantu petani dengan menjual sayurannya langsung ke konsumen seperti restoran, hotel dan supermarket di Pulau Bali untuk menghindari permainan harga di pasar. Ia pun telah membuka akses pasar kepada petani lewat kerja sama dengan petani yang sudah diedukasi untuk menghasilkan panen berkualitas.
Adapun, melalui perusahaan yang ia rintis sejak 2019 itu, Ratna bahkan menyediakan layanan e-commerce untuk menjual hasil panen sayurannya seperti brokoli, selada, kol ungu, dan masih banyak lagi.
Komentar
15 May 2024 - 19:14
Asal punya ilmu dan pengalaman dari melihat orang lain