Generasi Strawberry, Istilah Baru Anak Muda Kreatif tapi Rapuh

Generasi Strawberry. (Ilustrasi: Canva)

Like

Seiring perkembangan zaman ada banyak istilah yang muncul untuk menggambarkan kondisi atau fenomena tertentu. Kini muncul istilah generasi strawberry, apa itu?

Masyarakat kini sering menggunakan istilah-istilah tertentu untuk menyebut suatu hal agar lebih mudah mengingat. Istilah-istilah tersebut juga ada yang digunakan untuk menggambarkan orang atau generasi.

Sebelumnya telah ada istilah generasi sandwich, ini adalah generasi yang menanggung beban dari tiga generasi yaitu generasi orang tuanya, dirinya sendiri, dan generasi anaknya.

Karena terjepit berada di tengah-tengah antara orang tua dan anak maka diibaratkan seperti lapisan sandwich sehingga disebut sebagai generasi sandwich.

Mengutip dari OJK generasi sandwich terjadi pada seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki rentang umur dari 30 hingga 40 tahun. Namun ada pula yang menyebutkan rentang umur antara 30 hingga 50 tahun.


Selain generasi sandwich, kini muncul istilah generasi strawberry yang mulai ramai digunakan oleh orang-orang. Seperti namanya generasi ini diibaratkan seperti strawberry.

Baca Juga: Untuk Sandwich Generation, Ikuti Cara Ini Biar Enggak Boncos!
 

Apa Itu Generasi Strawberry?


Sebenarnya istilah generasi strawberry ini bukan merujuk pada sesuatu yang bagus. Istilah generasi strawberry pada mulanya muncul dari negara Taiwan dan ditujukan pada sebagian generasi baru yang lunak seperti buah strawberry

Pemilihan buah strawberry untuk penyebutan generasi baru ini juga karena buah strawberry itu tampak indah dan eksotis, tetapi begitu dipijak atau ditekan ia akan mudah sekali hancur.

Dilansir dari website Kementerian Keuangan RI, Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya dan dalam kuliah online yang pernah dilakukan melalui streaming youtube pernah mendefinisikan tentang generasi strawberry.

Menurutnya, generasi strawberry adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. 

Contoh nyata dari generasi strawberry ini dapat kita lihat di media sosial. Banyak sekali hal-hal kreatif yang dibagi di media sosial dari generasi muda, tapi banyak juga curahan hati penuh resah, sedih, dan stres yang mereka alami.

Bahkan muncul candaan atau lelucon yang digunakan untuk menyindir generasi strawberry ini seperti tidak bisa bertahan di dunia kerja, sedikit-sedikit healing, dan lainnya. 
 

Penyebab Muncul Generasi Strawberry


Prof Rhenald Kasali mengatakan ada empat hal yang memicu tumbuhnya generasi strawberry di Indonesia.
 

1. Self-Diagnosis Dini


Kini informasi sangat mudah didapatkan dengan masifnya media sosial. Mudahnya informasi juga membuat generasi yang sangat akrab dengan teknologi ini belum bijak dalam memilah informasi yang ada.

Dari informasi yang diterima kemudian coba dicocok-cocokan dengan apa yang dirasakan. Karena cocok kemudian mereka merasa bahwa mereka tertekan, stress dan bahkan depresi padahal belum ada diagnosis resmi dari dokter.
 

2. Narasi Orang Tua yang Kurang Pengetahuan


Orang tua saat ini juga sama-sama bisa mengakses informasi di media sosial yang dulu tidak bisa dilakukan oleh orang tua mereka. Sehingga pola asuhnya pasti berbeda dan terkadang orang tua kurang pengetahuan karena ini dunia yang baru bagi mereka.

Contohnya akhir-akhir ini jumlah orangtua yang mengatakan anaknya moody makin meningkat. Ada akibat penyebutan moody dari orangtua untuk anaknya yakni setelah anak-anak itu besar nanti mereka akan mudah menyebut dirinya sendiri gampang berubah-ubah mood (percaya pada label tersebut).
 

3. Karakter Generasi


Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap generasi memiliki karakter yang berbeda tergantung pada lingkungan pembentuknya. Generasi saat ini besar dengan teknologi yang masif dan orang tua yang sudah pasti ingin memberikan yang terbaik pada anaknya.

Lingkungan membentuk generasi saat ini menjadi orang-orang yang mudah lari dari kesulitan atau mudah menyerah dengan dalih kesehatan mental. 

Baca Juga: Jadi Miliarder dari Bertani, Generasi Z dan Milenial Jangan Kalah dari Mbah Kerto
 

4. Didikan Orang Tua


Berdasarkan data dari Prof. Rhenald Kasali, saat ini orang tua hidup lebih sejahtera daripada zaman orang tuanya. Sehingga orang tua zaman sekarang pernah merasakan bagaimana rasanya hidup susah dan tidak ingin anaknya merasakan hal tersebut.

Pada keluarga yang sejahtera, orangtua mempunyai kecenderungan memberikan apa yang diminta oleh anak-anaknya. Kemudian orangtua biasanya memberikan kompensasi waktu yang lebih sedikit dengan uang atau benda-benda material lainnya. 

Pola asuh ini membuat anak-anak terdidik untuk tidak perlu mengeluarkan usaha yang lebih ketika menginginkan suatu hal. Jadilah mereka kurang terlatih dalam menghadapi tekanan dalam lingkungan masyarakat.

Mau tulisanmu dimuat juga di Bisnis Muda? Kamu juga bisa tulis pengalamanmu terkait investasi, wirausaha, keuangan, hingga lifestyle di Bisnis Muda dengan klik “Mulai Menulis”.

Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!

Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.