Kopi Editor, Bisnis Kopi Karya Para Wartawan

Kopi Editor (Foto: Istimewa)

Like

Hampir setiap akhir pekan mantan fotografer Bisnis Indonesia, Endang Mochtar dan teman-temannya yang tergabung dalam komunitas warta foto Cipasera (Ciputat, Pamulang dan Serpong) nongkrong di kedai kopi. Jumlahnya tidak sedikit, mencapai 30 hingga 40 orang.

Seperti dilansir Bisnis.com, melihat banyaknya rekan sesama warta foto yang senang menikmati kopi di kedai kopi, memuncullah ide dipikiran Endang dan teman-temannya untuk membuka sendiri gerai kopi sebagai tempat untuk mereka berkumpul.

“Setiap weekend kami sering kumpul di kedai kopi sehingga terpikir membuat usaha kedai kopi untuk tempat berkumpul serta membuat kegiatan positif sambil menikmati kopi yang kita racik sendiri. Daripada duit ke orang lain, mending untuk kita sendiri. Apalagi saat ini tren kopi kekinian sedang naik daun,” ujarnya.


Dari situ, Endang kemudian mengajak beberapa rekannya yang memiliki ketertarikan yang sama terhadap dunia kopi. Akhirnya bergabunglah lima orang diantaranya yaitu mantan jurnalis liputan6 Ferry Pradolo yang memiliki keahlian meracik biji kopi; Aditia Noviansyah dari kumparan.com yang didapuk sebagai barista merangkap administrasi; Munowaroh mantan fotografer Tempo yang memiliki link dengan para petani kopi; fotografer merdeka.com Narwoko dan Endang yang berperan sebagai tim marketing atau pemasaran.

Nama Kopi Editor pun tercetus sebagai brand usaha kopi yang mereka kembangkan, mengingat semua pendirinya pernah dan masih bekerja di bidang media. Tagline yang diangkat pun cukup menarik “kopi penyemangat kerja” dengan harapan setiap orang yang mengonsumsi kopi tersebut akan lebih semangat bekerja.

“Kami akhirnya urunan mewujudkan cita-cita membuat kedai kopi dengan modal awal sekitar Rp25 juta yang digunakan untuk membeli perlengkapan usaha,” tuturnya.


Endang dan teman-temannya semula berencana membuka kedai Kopi Editor pada Maret 2020 yang lokasinya berada di kawasan BSD. Namun, rencana tersebut harus ditunda karena adanya pandemi Covid-19 yang membuat pemerintah memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar dimana seluruh restoran harus menutup gerainya.

Namun, kondisi tersebut tak lantas menyurutkan niat Endang dan teman-temannya menjalankan bisnis kopi yang sudah mereka rencanakan. Mereka kemudian meracik kopi susu kekinian yang disajikan dalam bentuk botol berukuran 250 ml dan dipasarkan melalui jejaring media sosial, komunitas-komunitas, dari mulut ke mulut serta memberikan test food kepada rekan-rekan wartawan, khususnya di tempat mereka bekerja.


Varian menu Kopi Editor pun disajikan dengan berbagai istilah yang lazim dalam keredaksian seperti kopi prolog, kopi dateline, kopi timeline, copy paste dan kopi carep atau calon reporter. Adapun biji kopi yang digunakan berasal dari Sumatra.

“Saat ini kami masih menjual kopi blend berupa kopi susu kekinian, harganya dipukul rata semuanya Rp15.000. Paling favorit itu kopi susu vanilla, kopi susu gula aren, dan kopi susu hazelnut,” tuturnya.


Tak disangka, pada saat pertama kali di-launching, Kopi Editor berhasil terjual sebanyak 300 botol. Pembeli sangat tertarik dan penasaran dengan cita rasa Kopi Editor yang diracik oleh para pewarta foto, apalagi harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Semua kopi diracik secara langsung sehingga rasanya pun lebih fresh.

“Saat ini klien tetap kami ada dari BUMN, tiap hari pesan sekitar 20 botol. Kami juga menawarkan ke EO untuk acara, kebetulan kalau ada yang lagi rapat mendadak minta dikirimkan. Sekarang, sehari bisa 50 botol, bisa juga kalau lagi banyak mencapai 300 atau 400 botol, ya rata-rata sekitar 100 botol lah,” jelasnya.


Untuk pengiriman semua dilakukan sendiri oleh Endang dengan memanfaatkan cool box atau menggunakan jasa pesan antar online. Adapun titik pemesanannya berada di kawasan Bintaro karena lokasinya yang berada di tengah-tengah antara Jakarta dan Tangerang.

Dengan permintaan yang terus meningkat, Kopi Editor kemudian merekrut karyawan baru sebagai barista untuk meracik kopi. Serta dua karyawan lainnya yang akan dipekerjakan saat gerai Kedai Kopi Editor telah buka.

“Saat ini harga jual kami Rp15.000, ini sudah cukup memberikan keuntungan lebih dari 50 persen. Kalau seandainya buat toko, ada kemungkinan harga tetap porsi dikurangi atau porsi dan harga dinaikin. Itu nanti akan disesuaikan,” terangnya.


Menurutnya, saat gerai kopi nanti dibuka, varian menu yang ditawarkan akan lebih bervariasi. Yakni kopi single origin dan kopi kekinian yang dipadukan dengan aneka macam rasa Kopi single origin yang disajikan seperti Kopi Aceh Gayo, Bali Kintamani, Ciwidey, Palembang, Flores Bajawa dan Kopi Mandailing dengan teknik penyeduhan kopi Manual Brewing seperti V60, Aeropress, Chemex dan Vietnam Drip.

Selain itu, Kopi Editor juga akan menyajikan Kopi Telur Ayam Kampung, dan Beerkop yaitu perpaduan antara kopi dengan soda. Tak hanya kopi, terdapat juga aneka menu cemilan seperti kentang goreng, donat, roti/pisang bakar/goreng dan jajanan pasar untuk teman ngopi.

“Kami juga menjual biji kopi dari Palembang dan Sumatra yang diambil langsung dari koperasi atau petani,” ujar Endang yang lebih dari 30 tahun pernah bekerja sebagai pewarta foto di Bisnis Indonesia ini.


Adapun untuk konsep gerai kopi nantinya berupa outlet dengan desain yang minimalis model kontainer menggunakan bahan material ramah lingkungan.