Bisnis kuliner, salah satu bisnis yang menjanjikan di masyarakat
Likes
Bisnis kuliner itu gampang-gampang sulit. Tetapi kadang, hal sepele bisa jadi merusak dan membawa 'kehancuran' jika tidak segera diluruskan. Termasuk karena tidak adanya Standar Operasional Prosedur (SOP), atau sudah ada SOP tapi tidak diawasi pelaksanaannya.
Bagi pelaku bisnis besar, SOP itu biasanya sudah dibentuk dan sudah dijalankan dengan baik. Namun, untuk pelaku bisnis yang baru, SOP bisa saja dianggap sesuatu yang berlebihan dan dianggap tidak penting atau belum dibutuhkan sekarang.
Meski demikian, bagi pelaku bisnis baru, saya sarankan mulailah untuk menyusun SOP dan jangan lupa yang penting, awasi karyawan yang menjalankan SOP tersebut.
Saya sendiri belajar bisnis kuliner sekitar dua atau tiga tahun ini. Kuliner di bidang katering makanan. Awalnya bisnis ini dijalankan secara kecil-kecilan, hanya posting gambar dan terima pesanan-pesanan.
Namun demikian, kami bersyukur karena lambat laun pesanan yang kami terima tidak hanya perorangan, tapi juga partai besar, seperti acara makan siang untuk kantor, acara selamatan, dan lain-lain.
Dulu, yang mengerjakan bisnis ini hanya terbatas saya dan suami saya. Namun, seiring berjalannya waktu, kami mulai merekrut karyawan.
Saya sendiri sedikit demi sedikit sudah belajar tentang manajemen dan pengelolaan bisnis. Karena sekarang memang banyak ilmu bisnis, baik di buku cetak, buku online, ataupun di YouTube, termasuk ilmu dalam perekrutan karyawan.
Baca Juga: Mau Buka Usaha? Cari Tahu Dulu Pentingnya SOP dalam Bisnis!
Jadi meskipun kami baru merekrut seorang karyawan, kami sudah memperhatikan rambu-rambu yang harus diperhatikan jika memilih karyawan di bidang kuliner.
Jadilah kami merekrut seorang karyawan yang orang tersebut dapat dikatakan sudah terbiasa memasak, jujur, dan kebetulan kami sudah pernah menyantap makanannya dan makanannya cocok di lidah kami. Jadi, kurang apa lagi, ya kan?
Akhirnya tiba di masa ketika kami harus menyerahkan pekerjaan secara langsung dan menyeluruh kepada karyawan tersebut karena kami waktu itu memang ada agenda lain.
Kami menyerahkan semua tugas ke karyawan tersebut, mulai dari memilih menu, belanja, memasak, hingga menyajikan makanan. Menu sudah dibahas bersama.
Ada beberapa pasangan menu yang kami merasa kami kurang cocok. Tapi akhirnya kami setuju saja, karena kami merasa itu bagian dari percobaan dan menghargai pendapat. Begitu juga dengan daftar belanja sudah kami bahas dan dicatat bersama, termasuk kisaran harga untuk membeli bahan-bahan tersebut.
Termasuk juga cara menyajikannya dan manajemen waktu agar masakan tersebut bisa disajikan tepat waktu. Intinya semua sudah dibahas bersama.
Permasalahan Tak Terduga Bisnis Kuliner
Namun, setelah belanja dan hingga akhir penyajian terdapat, bisa dikatakan, banyak masalah, yang sebenarnya masalah itu cukup sepele dan kami benar-benar tidak menduganya.
1. Belanja tidak sesuai dengan yang diharapkan
Sudah ada catatan belanja bahan dan kisaran harga bahan yang harus dibeli, tapi dia beli bahan-bahan dengan harga yang cukup jauh di bawah kisaran harga. Hal ini berakibat mutu bahan yang dibeli tidak sesuai standar atau mutu.
2. Menu tidak sesuai dengan yang diharapkan
Hal ini memang sudah dibahas di awal, dan sebenarnya sudah jadi ganjalan. Tapi di luar itu, masalah bertambah karena dia merubah menu lagi yang menunya jadi jauh dari standar.
Baca Juga: Usaha Anti Mainstream, Frozen Lele Crispy Bisa Bikin Cuan!
3. Masakan bau
Ini sebenarnya tidak sengaja dilakukan. Hanya karena tidak ada SOP dan komunikasi saja. Jadi dia beli ayam sekitar 30 jam sebelum acara. Tidak akan jadi masalah jika dia menyimpannya di lemari pembeku.
Hanya, mungkin dia menyimpannya di lemari pendingin. Jadi, ketika ayam tersebut dimasak, walaupun baru saja selesai dimasak, ayam sudah bau.
4. Pisang kehitaman
Ini juga hal sepele dan sederhana. Salah satu menunya ada buah pisang. Dia membeli buah pisang satu hari sebelum acara. Dan kebetulan kondisi pisang sudah masak sempurna.
Tetapi, karena tidak ada aturan dan pengawasan itu tadi, dia menyimpan pisang tersebut di lemari pendingin. Itu berakibat buah pisang tersebut menjadi lembek dan kulitnya berubah warna menjadi kehitaman ketika mau disajikan.
Waktu itu benar-benar pukulan bagi kami. Sebab waktu itu kami juga sudah tidak punya waktu untuk memperbaikinya. Tapi ya sudah, mau bagaimana lagi, mau marah juga tidak bijak. Untungnya waktu itu acara untuk dalam keluarga kami sendiri, tidak untuk pelanggan luar.
Tapi setelah setelah itu kami berpikir, ada yang perlu diperbaiki. Harus ada aturan dan pengawasan.
Maka setelah itu, kami mulai menyusun SOP-SOP.
Ada SOP pembelian bahan, SOP penyimpanan bahan, SOP menu, SOP mengolah makanan, dan lain-lain. SOP itu, tentu saja bertujuan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan karena faktor ketidaktahuan atau katidaksengajaan.
Hal lain yang tidak kalah penting juga adalah melakukan pengawasan terhadap karyawan, baik karyawan lama dan baru, untuk bekerja sesuai SOP.
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.
Komentar
31 Aug 2024 - 15:31
Permasalahan yg begitu kompleks
30 Jul 2024 - 19:44
Sangat inspiratif
26 May 2024 - 20:42
Sangat menggiurkan
18 Oct 2023 - 17:23
Bermanfaat