Sumber: pexels-canva-studio
Likes
Generasi Milenial punya berbagai pandangan atau persepi tentang pekerjaan. Tujuan bekerja bagi mereka bukan sekedar mencari gaji tinggi.
Jika generasi sebelumnya menganggap kesuksesan dalam kair adalah untuk mendapatkan gaji dan jabatan tinggi. Namun, tidak halnya dengan generasi milenial, dia bisa meninggalkan pekerjaan dengan gaji tinggi, apabila dia punya alasan yang sangat tepat.
Apa yang dicari oleh Milenials selain gaji tinggi?
Menurut survey dari ISL Talent, alasan utama generasi milenial meninggalkan perusahaan lamanya adalah perubahan kompetensi yang diinginkan perusahaan, ingin mendapatkan kejelasan status, kondisi lingkungan kerja, fleksibilitas waktu bekerja dan tentu saja penghasilan sesuai dengan market.
Baca Juga: Fresh Graduate Pilih Gaji Besar Atau Kenyamanan Kerja?
1. Perubahan kompetensi yang diinginkan perusahaan
Awalnya sebagian milenial menginginkan masuk bekerja di perusahaan besar, contohnya perusahaan teknologi yang sangat terkenal.
Namun sekarang ini justru sebaliknya, pola perusahaan besar tidak merekrut orang-orang secara besar-besaran, tetapi justru sering melakukan restrukturisasi untuk mengurangi biaya-biaya.
Ketika orang-orang yang dipecat atau mengundurkan diri dari perusahaan besar, ternyata mereka memilih untuk bekerja di perusahaan kecil.
Di perusahaan kecil yang baru “growing”, mereka mengumpulkan orang-orang terbaik yang ada di perusahaan besar. Untuk perusahaan start-up, milenial diberikan kebebaskan untuk menggas ide dengan kelayakannya.
Jika ide itu tidak layak, penggagas tetap mendapatkan peluang tetapi harus menyelesaikan tugas utamanya. Keleluasaan itu hampir tidak ada di perusahaan besar. Di perusahaan besar, target utama harus ditetapkan oleh atasan, lalu diselesaikan oleh semua pegawainya.
2. Kejelasan status
Apa yang dimaksud dengan kejelasan status? Perusahaan yang merekrut seseorang tanpa jabatan dan job desk yang jelas meskipun proyeknya sudah ada, tetapi harus ada blue print yang lebih detail.
Tanpa kejelasan pekerjaan bagi milenial sangat membingungkan, apalagi jika pekerjaan itu justru trial error atau “redundant"dengan bagian lain.
Baca Juga: 5 Tips Cepat Adaptasi di Tempat Kerja Baru
Meskipun ada kejelasan jenjang karir, milenial punya gambaran soal karier dan pencapaiannya. Pola dan jenjang yang ditetapkan perusahan tak sesuai dengan ekspektasi para milenial sehingga mereka menolak di perusahaan.
3. Kondisi lingkungan pekerjaan
Ketika sebelum pandemi, semua bekerja di rumah, tapi setelah pandemi kembali dengan pola kerja yang sama.
Ketika bekerja dengan sistem jarak jauh sering mengeluhkan kurang interaksi dan komunikasi antar rekan dan atasan. Tetapi jika diberlakuan kembali dengan pola lama, bekerja di kantor di ruang-ruang yang sama, juga ada dampak negatifnya.
Mereka ingin terus bicara atau ngobrol tanpa ada tujuan pasti. Chatting dan istirahat yang berlebihan dan bahkan saling sharing di meja tapi tidak produktif akan sering terjadi.
4. Flexibilitas waktu
Bekerja di kantor selama 8 jam dari pukul 8-17.00, duduk dan berada di kantor bukanlah pola yang menyenangkan bagi milenial.
Responden ISL mengatakan harus ada ada fleksibilitas masuk kantor, jam berapa pun bisa masuk, yang penting 8 jam dan semua pekerjaan dengan jatuh temponya dapat dipenuhi.
Selain itu juga ada kelenturan dalam keseimbangan antara waktu kerja dan waktu pribadi.
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.
Komentar
29 May 2024 - 17:37
Makin muda makin manja