Sering Bertengkar Masalah Uang, Inilah Tips Sebelum Menikah

pexels-andrea-piacquadio

Like

Pentingkah uang dalam kehidupan rumah tangga? Sangat penting sekali.Bukan sekedar uangnya saja tapi bagaimana pengeloaannya.

Jangan terlena dengan jargon “Abang sayang kepadamu, Aku  Aku sayang kepadamu, tapi aku belum dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga sesuai dengan ekspektasimu”.

Jargon itu sering diabaikan atau disepelekan saat pacaran. Ketika berpacaran, beranggapan bahwa soal uang tidak boleh dibicarakan secara terbuka, hal itu sangat tabu.

Tidak apa-apa jika  calon suami belum bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, nanti khan ada rezekinya jika punya anak.

Seolah imajinasi  berkeliaran, tidak ada masalah dalam pengelolaan uang. Tabu berbicara terbuka dan jelas di depan calon istri sebelum menikah. 


Sebenarnya tidak ada larangan apa pun untuk keterbukaan tentang keuangan yach. Justru komunikasi terbuka tentang keuangan  saat pacaran sangat penting sekali. Contohnya, gaji saya (lelaki) X,  gaji kamu gaji Y (perempuan)?

Lalu bagaimana mengatur pembagian gaji jika kita menikah?  Apakah gaji lelaki harus seluruhnya diserahkan kepada perempuan atau hanya l/2 diserahkan kepada perempuan, lalu gaji perempuan untuk kebutuhan siapa (apakah untuk kebutuhan pribadinya sendiri?).

Untuk bisa mengaturnya tentu harus mengetahui berapa kebutuhan rumah tangga secara fakta, misalnya belum punya rumah, harus sewa /kontrak rumah, biaya Listrik/internet/beli gas/bensin.

Jika dari awal mula calon pasangan sudah membicarakan masalah keuangan di depan tidak akan terjadi prasangka buruk setelah menikah. Bahkan, tidak akan menimbulkan pertikaian atau pertengkaran soal uang karena sudah ada keterbukaan sebelumnya.

Misalnya calon lelaki tidak bisa memberikan sepenuhnya gaji karena  dia adalah generasi “sandwich”  yang harus membiayai keluarga besarnya (orangtua, adiknya).

Nah, jika tidak dibicarakan dari awal, pasti pasangan perempuan akan berteriak, “loh kemana saja gajimu, kok tinggal sekian?”

 

Tantangan Komunikasi

Namun, membicarakan masalah keuangan itu ternyata menjadi tantangan yang tidak mudah bagi calon pasangan yang akan berumah tanggal.

Mengkomunikasikan ketidaksetujuan pun seringkali sulit dilakukan. Masing-masing orang punya kepribadian atau gaya dalam penyampaian prinsip atau ketidak-setujuannya. Jika masing-masing belum memahami gaya dari lawan bicaranya, persoalan yang tadinya mudah jadi runyam.

Menurut survey yang dilakukan oleh perusahaan jasa keuangan multinasional Fidelity Investments, “2024 Couples and money Study”, dirilies 1 Februari 2024.

Dari 197 pasangan, di atas usia 18 tahun, menjalani pernikahan dan komitmen jangka panjang, mereka menganggap bahwa uang adalah salah satu tantangan yang mereka hadapi ketika memasuki pernikahan, apalagi dalam usia yang muda, makin sulit untuk menghadapi hubungan keterbukaan keuangan.

Kesembilan dari 10 pasangan mengaku dapat berkomunikasi baik dalam segala aspek, sebanyak 78 persen yang anggap bahwa uang bukan masalah dalam berhubungan, mereka sudah membicarakan secara rutin setiap bulan.  Ada 57 persen pasangan mengakui Kesehatan keuangan mereka sangat baik.

Menurut pakar Perencanaan Keuangan bersertifikasi, Metta Anggraini, keterbukaan dan kepercayaan yang dibangun perlu dilakukan sejak dini.

Masing-masing pasangan sudah kenal dan paham kebiasaannya dalam cara menggunakan uang. Juga terbuka untuk rencana keuangan di masa mendatang. Keuntungannya jika mengetahui kebiasaan ini, masing-masing dapat mengukur sejauh mana kemampuan pasangannya untuk mendapatkan penghasilan, jika ada kekurangan, bagaimana cara mendukungnya.

Saat memasuki pernikahan, masing-masing tidak merasa kaget lagi dengan kebiasaan dalam hal keuangan.   Masing-masing hanya perlu “adjustment”  dari saat jomblo menjadi pasangan dalam keuangan.

 

Siasati Kebutuhan

Jangan kaget ketika pasangan baru menikah , tiba-tiba baru melihat gaya hidup suaminya beda sekali saat pacaran.

Ketika pacaran,pacar berani traktir makan di rumah makan yang  viral dan mahal. Ketika sudah menikah, suami tidak ada lagi mengajak makan di restoran, tetapi justru uang habis untuk mentraktir teman-temannya. Pola gaya hidup yang tidak diketahui sebelumnya karena ada yang tersembunyi sebelum menikah.

Diharapkan dalam membangun rumah tangga, suami istri mengikuti dan menerapkan piramida keuangan. Tujuan dari piramida adalah prioritas.

 

Ada 3 Tahap dari Piramida Keuangan

Tahap pertama adalah proteksi kekayaan, misalnya dana darurat, asuransi dan kredit. Tahap kedua akumulasi dan kenyamann kekayaan seperti investasi dan dana untuk hari tua. Tahap ketiga adalah atau puncaknya adalah kekayaan berupa warisan dan hibah.

Penting sekali untuk bagi yang sudah menikah untuk punya dana keuangan di level pertama. Jika suami di PHK,  harus ada dana darurat 6 bulan dari pengeluaran tiap bulan, supaya Tabungan tidak tergerus. Tetapi jika sudah punya anak, diperlukan dana darurat 12 bulan dari pengeluaran tiap bulan.

Alokasi ini penting sekali baik bagi  mereka yang suka dengan tren gaya hidup masa kini, suka melihat konser mahal karena FOMO (fear of missing out) dikatakan kuno tidak ikuti era masa kini.

Bagi mereka yang jadi generasi sandwich, harus memikirkan dulu kebuuthan keluarga ini sebelum memberikan dananya kepada keluarga besar. Perhitungkan matang alokasi dana yang makin sulit ketika Anda sudah menikah.

Komunikasi tentang uang bukan jaminan untuk hubungan yang baik, tapi dengan komunikasi baik segalanya dipermudah untuk diselesaikan.