Bagaimana Gejolak Sosial Menghasilkan Perubahan di Masyarakat?

Like

Melihat dari jenis-jenis dan contoh perubahan yang sudah dijabarkan, tentu perubahan sosial juga memiliki berbagai bentuk. Dari perubahan cepat, perubahan lambat, perubahan kecil, perubahan besar, perubahan yang dikehendaki, perubahan yang tidak dikehendaki, hingga perubahan struktural.

Perubahan sosial secara lambat/perubahan evolusi merupakan perubahan yang memerlukan waktu yang lama, sedangkan perubahan sosial cepat/perubahan revolusi, hanya memerlukan waktu yang singkat dalam mengubah dasar-dasar kehidupan masyarakat.

Perubahan sosial besar merupakan perubahan dengan dampak besar bagi kehidupan masyarakat, seperti perubahan sistem pemerintahan atau peralihan sistem ekonomi dari agraris ke industri.

Sedangkan perubahan kecil adalah perubahan yang tidak berarti penting bagi struktur sosial yang dapat memengaruhi kehidupan masyarakat.

Contohnya perubahan model pakaian yang tidak melanggar nilai dan norma dan perubahan tren musik yang tetap sesuai dengan nilai dan norma yang ada.


Perubahan sosial yang tidak direncanakan adalah perubahan sosial yang tidak memerlukan persiapan dan perencanaan, sedangkan perubahan sosial yang direncakanan adalah perubahan sosial yang melakukan persiapan yang matang dan perencanaan, contohnya seperti program keluarga berencana (KB).

Perubahan struktural merujuk pada perubahan mendasar dalam tatanan masyarakat. Jenis perubahan ini melibatkan perubahan dalam sistem sosial atau institusi yang mengaturnya. Oleh karena itu, perubahan struktural bersifat jangka panjang dan cenderung permanen.

Sebagai contoh digitalisasi, di mana teknologi digital menggantikan banyak proses manual dalam berbagai sektor, seperti bisnis, pendidikan, dan pemerintahan. Hal ini mengubah cara kerja institusi secara menyeluruh dan berdampak jangka panjang pada masyarakat.

Baca Juga: Menapaki Jejak Keberagaman: Refleksi Seni Indonesia di Tahun Ini

Perubahan dalam masyarakat terjadi karena adanya keinginan dari masyarakat itu sendiri untuk berubah. Selain itu, perubahan juga bisa dipicu oleh pengaruh eksternal, yang menyebabkan masyarakat, baik secara sadar maupun tidak, mengikuti perubahan tersebut.

Jika kita kembali ke masa lampau, kita bisa melihat berbagai contoh dampak nyata dari perubahan yang terjadi pada pemberontakan-pemberontakan di berbagai wilayah. 

Dimulai dari Pemberontakan PKI Madiun (1948), yang merupakan bentuk perlawanan terhadap pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno, karena mereka ingin mendirikan negara komunis di Indonesia.

Terdapat juga Pemberontakan DI/TII (1949-1962) yang bertujuan untuk membentuk negara Islam di Indonesia. Pemberontakan ini terjadi di beberapa wilayah seperti Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

Pemberontakan PRRI/Permesta (1957-1961) yaitu Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) terjadi di Sumatra dan Sulawesi sebagai reaksi atas ketidakpuasan terhadap pemerintahan pusat yang dianggap tidak adil dalam pembagian kekayaan daerah.

Perubahan yang terjadi di Indonesia sejak kemerdekaan, meskipun banyak yang membawa dampak positif, juga memunculkan berbagai bentuk disintegrasi bangsa. Pemberontakan-pemberontakan seperti PKI Madiun, DI/TII, PRRI/Permesta, hingga Gerakan Aceh Merdeka dan OPM di Papua adalah contoh nyata dari ketidakpuasan kelompok-kelompok tertentu terhadap arah perubahan yang diambil oleh pemerintah pusat.

Ketidakpuasan ini seringkali dipicu oleh perasaan ketidakadilan, marginalisasi, atau ideologi yang berbeda dengan pandangan pemerintah.