Mengapa Metode Akuntansi Persediaan Last In First Out Tidak Digunakan Lagi?

Barang dagang (Sumber: linkpublik.com)

Barang dagang (Sumber: linkpublik.com)

Like

Bagi pelaku bisnis khususnya bisnis yang bergerak di bidang perdagangan dan manufaktur tentu sudah tidak asing lagi dengan kegiatan mengatur barang – barang bahan baku produksi dan barang – barang dagangannya.

Pelaku bisnis tentu akan menghitung dan melakukan pencatatan jumlah barang yang masuk dan jumlah barang yang keluar atau dijual. Pada perusahaan yang mempunyai skala besar, pekerjaan catat – mencatat barang dagangan lebih sering sering dilakukan oleh bagian administrasi gudang dan tentu saja direkapitulasi oleh bagian keuangan atau akuntansi untuk dilakukan penyusunan laporan keuangan periodik pada perusahaan tersebut.

Seperti yang pernah diceritakan dalam artikel yang berjudul “Last In First Out, Metode Akuntansi Persediaan yang Kini Sudah “Dimuseumkan” bahwa terdiri dari 3 (tiga) jenis metode pengelolaan persediaan dalam akuntansi persediaan, yaitu First In First Out (FIFO), Last In First Out (LIFO), dan Metode Rata – Rata.

Secara sederhananya metode FIFO adalah ketika pencatatan harga persediaan tersebut dilakukan melalui dasar atau anggapan bahwa barang yang dibeli terlebih dahulu merupakan barang yang dijual terlebih dahulu.

Sebaliknya, metode LIFO didasarkan pada anggapan bahwa barang yang dibeli paling akhir merupakan barang yang akan dijual terlebih dahulu. Sedangkan metode rata – rata adalah didasarkan pada anggapan rata – rata keseluruhan barang yang dibeli.


Seperti yang pernah diungkap melalui perhitungan metode FIFO, LIFO, dan metode rata – rata pada artikel “Last In First Out, Metode Akuntansi Persediaan yang Kini Sudah “Dimuseumkan” menemukan bahwa metode LIFO dapat menyebabkan nilai harga pokok penjualan yang terbesar sehingga menyebabkan keuntungan dari penjualan barang atau produk tersebut menjadi lebih rendah dibandingkan apabila dengan menggunakan metode FIFO atau metode rata – rata.

Oleh karena itu, tentu saja LIFO akan memberikan nilai pajak yang paling rendah apabila dibandingkan dengan metode FIFO dan metode rata – rata sehingga metode LIFO kini sudah tidak dipergunakan lagi.

Meskipun demikian, apakah metode LIFO akan selalu memberikan nilai keuntungan yang terendah bagi perusahaan? Nyatanya tidak selalu demikian. LIFO justru akan memberikan keuntungan yang tertinggi ketika harga – harga mengalami penurunan.

Jika diperhatikan, harga – harga suatu produk memang akan mengalami penurunan pada suatu saat tertentu, namun dalam jangka panjang sebagian besar harga – harga barang mengalami kenaikan.

Contohnya adalah harga telur per kg di tahun 1990 – an mungkin berada di kisaran harga Rp. 1.700 – an, namun pada saat ini harga telur per kg sekitar Rp. 25.000. Harga gula per kg pada tahun 1990 adalah sekitar Rp. 800 – an, namun saat ini harga gula per kg sekitar Rp. 12.000.

Begitu pula harga – harga barang yang lainnya. Dengan demikian, suatu alasannya adalah sebagian besar barang – barang yang layak dikonsumsi tentu saja akan mengalami kenaikan harga dalam jangka panjang.