Quiet Quitting Dampak dan Risiko Menerapkannya di Dunia Kerja

Fenomena Quiet Quitting, Apa Artinya untuk Masa Depan Karier Anda? (Sumber gambar: Freepik)

Fenomena Quiet Quitting, Apa Artinya untuk Masa Depan Karier Anda? (Sumber gambar: Freepik)

Like

Belakangan ini, istilah quiet quitting semakin sering kita dengar, terutama di kalangan pekerja muda. Bukan berarti resign diam-diam, quiet quitting adalah fenomena di mana seseorang memilih untuk bekerja sesuai tanggung jawab yang tertera di deskripsi pekerjaan tanpa mengambil tugas tambahan atau terlibat lebih dari yang diwajibkan.

Tapi, apakah ini strategi jitu untuk menjaga work-life balance, atau justru masalah yang bisa menghambat perkembangan karier? Yuk, kita bahas dampak dari tren ini pada dunia kerja!


Apa Itu Quiet Quitting?

Bagi Be-emers yang belum terlalu familiar, quiet quitting adalah respons terhadap kelelahan kerja (burnout) dan ketidakpuasan terhadap lingkungan kerja yang eksploitatif. Para penganutnya percaya bahwa pekerjaan hanyalah bagian dari hidup, bukan seluruh hidup.

Namun, keputusan ini menuai pro dan kontra. Di satu sisi, ini bisa membantu menjaga kesehatan mental. Di sisi lain, perusahaan dan rekan kerja mungkin melihat ini sebagai bentuk kurangnya komitmen.

Baca Juga: 5 Ciri Kantor Red Flag: Tips Menghindari Lingkungan Kerja yang Tidak Sehat


Dampak Positif Quiet Quitting

Berikut adalah beberapa dampak positif dari quiet quitting untuk karyawan yang menerapkannya:

1. Keseimbangan Hidup yang Lebih Baik

Dengan fokus hanya pada tugas utama, Be-emers bisa punya waktu lebih untuk keluarga, hobi, atau mengembangkan diri.


2. Mencegah Burnout

Mengurangi tekanan untuk "selalu lebih" dapat membantu menjaga kesehatan mental.



Risiko Menerapkan Quiet Quitting

Berikut adalah beberapa risiko menerapkan quiet quitting bagi seorang karyawan yang menerapkan:

1. Karir Stagnan

Dalam banyak organisasi, promosi sering diberikan kepada mereka yang menunjukkan inisiatif ekstra. Dengan quiet quitting, Be-emers bisa kehilangan kesempatan untuk naik jabatan.


2. Pandangan Negatif dari Atasan

Terkadang, quiet quitting dianggap sebagai kurangnya dedikasi, yang bisa memengaruhi hubungan dengan manajemen.


3. Dampak pada Tim

Jika satu orang mengurangi upaya, anggota tim lainnya mungkin merasa terbebani.