Menghadapi mom shaming dan pola asuh anak (Sumber gambar: Pexels)
Mom-shaming atau kritik terhadap pola asuh seorang ibu, telah menjadi fenomena yang semakin sering dibicarakan, terutama di era digital.
Orang tua dari generasi Z, yang tumbuh dengan teknologi dan akses informasi, kini menghadapi tantangan unik dalam dunia parenting.
Pola asuh mereka sering kali dipengaruhi oleh nilai-nilai progresif seperti inklusivitas, fleksibilitas, dan empati, tetapi tidak jarang hal ini memicu kritik dari lingkungan sosial yang memiliki pandangan berbeda.
Baca Juga: Bagaimana Sistem Parenting yang Ada di Indonesia?
Dari Mana Munculnya Mom-Shaming?
Dalam banyak kasus, mom-shaming muncul dari perbedaan generasi. Generasi sebelumnya mungkin memiliki pendekatan yang lebih konvensional terhadap parenting.Sementara orang tua Gen Z cenderung menerapkan metode yang lebih modern, seperti gentle parenting, co-sleeping, atau menekankan pentingnya kesehatan mental dalam membesarkan anak.
Sayangnya, perbedaan ini sering kali berujung pada komentar negatif, baik secara langsung maupun di media sosial.
Bagi orang tua Gen Z, kebebasan dalam menentukan pola asuh adalah prioritas utama. Mereka percaya bahwa setiap anak adalah individu unik yang membutuhkan pendekatan khusus sesuai kebutuhan mereka.
Namun, kritik dari lingkungan sosial sering kali menimbulkan tekanan emosional. Misalnya, keputusan untuk memberikan anak screen time dalam batas tertentu atau memilih diet tertentu untuk anak kerap menjadi bahan diskusi panas di grup media sosial atau komunitas parenting.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.