Bangun Bisnis dengan Partner? 10 Tips untuk Pasangan Muda

Be-emers membangun bisnis bersama pasangan saat masih menjadi pasangan muda bisa jadi tantangan tersendiri.

Ini karena belum banyak pengalaman, bisa jadi; ego masih sama-sama tinggi bisa juga, idealisme masih sama-sama kaku, bisa juga; semuanya deh!

Tapi, bukan berarti kita sebagai pasangan muda lantas mundur ketika mau membangun bisnis ya. Ini karena kita jadi punya keuntungan kombo, jika hubungan sukses, bisnis juga sukses. 

 

Be-emers tidak akan pernah tahu kalau belum pernah mencobanya. Jadi, coba aja dulu!
 

Kalau sudah dicoba, baru bisa dilakukan analisis. Mulai dari komunikasi, keuntungan, prospek, rencana bisnis, dan lain-lain.

Ini bisa dilakukan oleh salah satu pasangan terlebih dahulu, dengan melakukan perenungan, lalu ditulis, untuk selanjutnya dikomunikasikan.
 

 

Sesuai poin ke-2, komunikasi yang efektif bisa dilakukan setelah usaha dijalankan. Ini penting banget terutama jika bisnis baru merintis, laba baru sedikit bahkan belum ada laba sama sekali.

Jadi kerja hanya gotong royong atau belum ada hasil.dan hanya dapat capai. Oleh karena itu komunikasi yang utama ini menyangkut keberlangsungan usaha dan pembagian tugas.


Komunikasi paling dasar bisa dimulai dengan, “Gimana nih, mau dilanjutkan nggak? Soalnya sementara kita cuma gotong royong, dapat lelahnya doang.

Kalau dilanjutkan, ayo berarti kita tetap bagi tugas, kamu ngerjain di bagian pembelian bahan baku dan pengemasan, sedangkan aku di bagian produksi.

Kalau kamu nggak mau ya kita berhenti. Karena nggak mungkin, kalau kamu cuma bilang ‘lanjut’, sedangkan kamu nggak kerja, dan semua pekerjaan akhirnya aku yang ngerjain.”

Baca Juga: Berbisnis Bareng Pasangan. Ini Cerita dari Kopi Nu Sae

 

Kalau di poin ke-3 pasangan sudah “say yes” langkah selanjutnya yang tidak kalah penting adalah perjanjian bagi hasil, ini terutama untuk pasangan muda yang belum menikah.

Pun kalau sudah menikah, tetap dibahas juga.
 

 

Jika semua sudah jelas, termasuk bagi hasil, langkah selanjutnya adalah membuat Standard Operational Procedure (SOP) dengan lebih jelas dan detail lagi.

Siapa yang melakukan apa. Ini untuk menghindarkan pasangan dari sikap saling menunggu dan menggantungkan, yang akan berakhir dengan tidak ada yang mengerjakan, dan marah dan kecewa bareng.