Wisuda dan Perpisahan: Momen Berharga atau Beban Finansial?

Perpisahan Sekolah: Emosional Tapi Menguras Kantong? (Sumber gambar: Freepik)

Perpisahan Sekolah: Emosional Tapi Menguras Kantong? (Sumber gambar: Freepik)

Like

Be-emers, setiap kali tahun ajaran berakhir, banyak sekolah mulai aktif menyiapkan acara wisuda dan perpisahan.

Mulai dari TK hingga SMA, tradisi ini telah menjadi semacam “ritual wajib” dalam dunia pendidikan Indonesia.

Namun, apakah acara seperti ini benar-benar penting untuk semua jenjang pendidikan? Atau justru menjadi beban finansial yang tidak perlu bagi orang tua?

Yuk, kita bahas dari berbagai sudut pandang, Be-emers!
 

Tradisi Wisuda: Simbol Transisi atau Sekadar Gaya-gayaan?

Dalam teori pendidikan, khususnya dari perspektif simbolik-interaksionisme, wisuda dipandang sebagai simbol penting yang menunjukkan transisi status sosial, yaitu dari pelajar menjadi lulusan.

Namun, jika kita melihat realitas di Indonesia, praktik ini telah mengalami pergeseran. Dulu, praktik ini hanya eksklusif untuk perguruan tinggi, tetapi kini telah merambah ke taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), bahkan pendidikan anak usia dini (PAUD).


Ada kebanggaan tersendiri bagi orang tua ketika anak mereka “diwisuda” dengan mengenakan toga dan berfoto studio.

Namun, pertanyaannya adalah seberapa penting simbol ini bagi anak-anak yang belum sepenuhnya memahami maknanya?
 

Biaya Besar jadi Beban Orang Tua?

Biaya perpisahan tiap sekolah memang berbeda, ada yang mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Biaya ini mencakup sewa baju, dokumentasi, konsumsi, serta iuran untuk dekorasi dan penggunaan gedung.

Bagi keluarga menengah ke bawah, hal ini dapat menimbulkan tekanan ekonomi yang signifikan. Banyak di antara mereka yang merasa “terpaksa ikut” karena khawatir anak mereka akan merasa berbeda jika tidak hadir.

Hal ini sejalan dengan teori konflik dalam sosiologi, yang menyatakan bahwa sistem sosial terkadang memperkuat ketimpangan ekonomi melalui praktik-praktik yang dianggap “normatif”, meskipun praktik tersebut tidak inklusif bagi semua kelas sosial.
 

Aspek Emosional: Penting untuk Siapa?

Bagi banyak siswa, terutama yang berada di tingkat akhir seperti SMA, perpisahan sering kali menjadi momen emosional yang kaya akan kenangan. Sebenarnya, hal ini juga punya dampak positif, salah satunya perkembangan emosional siswa. 

Namun, apakah momen serupa diperlukan di tingkat TK atau SD? Apakah anak-anak tersebut benar-benar merasakan hal yang sama, ataukah mereka hanya mengikuti arena pengaruh lingkungan dan tuntutan sosial?