
Hardiknas 2025: Saatnya Suara Kita Didengar dalam Dunia Pendidikan (Sumber gambar: Freepik)
Like
Be-emers, setiap tanggal 2 Mei, kita merayakan Hari Pendidikan Nasional sebagai bentuk penghargaan kepada Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan yang berjuang untuk hak setiap anak agar dapat belajar dengan bebas.
Namun, di tengah meriahnya perayaan ini, kita perlu merenungkan satu pertanyaan penting:
Apakah sistem pendidikan kita benar-benar mendengarkan suara kita?
Kondisi Nyata: Antara Harapan dan Kenyataan
Saat ini, dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan yang kompleks. Masalah klasik seperti ketimpangan akses, metode belajar yang kaku, dan kurikulum yang belum kontekstual masih terus menjadi tantangan.Teori humanisme dalam pendidikan, yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Paulo Freire, menekankan pentingnya pendidikan yang berpusat pada peserta didik, bertujuan untuk mengembangkan potensi, kreativitas, dan kebebasan berpikir mereka.
Namun, sayangnya, praktik di lapangan sering kali belum mencerminkan prinsip-prinsip ini.
Bagaimana Harapan untuk Pendidikan Indonesia?
Di Hari Pendidikan Nasional ini, Be-emers, saatnya kita tidak hanya diam dan menerima. Kita perlu bersuara untuk menyampaikan harapan yang muncul dari pengalaman nyata sebagai pelajar, mahasiswa, orang tua, dan juga guru.Berikut ini adalah sejumlah harapan untuk pendidikan Indonesia kedepannya:
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.