Pertanian Regeneratif Itu Nyata dan Pupuk Bisa Jadi Bagian Solusinya

Sumber: Pexels

Sumber: Pexels

Like
Akhir-akhir ini, makin sering kita dengar istilah pertanian regeneratif. Kedengarannya sih keren dan futuristik, tapi sebenarnya ini adalah konsep lama yang sekarang lagi naik daun lagi—karena bumi udah butuh cara bertani yang lebih ramah dan menyembuhkan, bukan sekadar mengejar hasil panen.

Nah, pertanyaannya: dimana posisi pupuk dalam pertanian regeneratif? Selama ini, pupuk sering dikaitkan sama polusi, rusaknya tanah, bahkan perubahan iklim. Tapi tenang dulu, nggak semua pupuk itu "jahat", kok. Justru, kalau digunakan dengan cara yang benar, pupuk bisa jadi bagian penting dalam misi memperbaiki kesehatan tanah dan ekosistem.
 

Apa Itu Pertanian Regeneratif Sebenarnya?

Singkatnya, pertanian regeneratif adalah sistem bertani yang fokus pada memulihkan tanah, menjaga keanekaragaman hayati, dan mengurangi jejak karbon. Bukan cuma soal panen besar, tapi juga soal merawat lahan agar tetap subur jangka panjang. Jadi, nggak cuma berpikir soal "sekarang", tapi juga "nanti".

Prinsip-prinsipnya antara lain:
  • Minim olah tanah
  • Menjaga tutupan tanah (pakai tanaman penutup atau cover crops)
  • Rotasi tanaman
  • Mengandalkan bahan organik
  • Menjaga keseimbangan mikroorganisme tanah
 

Jadi, Apakah Pupuk Masih Perlu?

Jawabannya: iya, tapi dengan pendekatan yang berbeda. Dalam pertanian regeneratif, pupuk bukan lagi alat utama yang "dipaksa kerja keras" supaya tanaman tumbuh cepat. Sebaliknya, pupuk dipakai untuk mendukung kehidupan tanah, bukan menguasainya.

Baca Juga: Pertanian Regeneratif: Solusi Ramah Lingkungan untuk Masa Depan Pangan

Beberapa jenis pupuk yang cocok:
  • Pupuk organik: seperti kompos, pupuk kandang, atau humus, yang memperkaya tanah secara alami.
  • Biofertilizer (pupuk hayati): mengandung mikroorganisme baik yang bantu akar tanaman menyerap nutrisi.
  • Pupuk slow release: yang melepaskan nutrisi pelan-pelan, jadi nggak bikin tanah "kaget" atau rusak.